Monday, December 25, 2006

SEBUAH KUNJUNGAN YANG TERTUNDA

"Insya Allah saya akan berkunjung ke rumahmu"

Begitulah janjiku padanya saat kami masih sama-sama menjadi pengurus di organisasi dakwah kampus. Sebut saja namanya Arno, dan dari semua rekan sedivisi mungkin hanya dengannya lah saya sering berdebat.

Debat dalam artian adu argumen dengan tempo tinggi, baik itu dalam rapat maupun diskusi empat mata. Karena itulah, saya menyimpan dua perasaan atasnya *deuh* Sebal karena karakter kerasnya, dan senang karena karakter tegasnya.

Dalam kesehariannya Arno adalah seorang mahasiswa yang tekun sehingga secara akademis sangat diatas rata-rata. Ok deh, poin ini bisa jadi jalan dakwah bagi lingkungannya.

Tapi…

Ada satu hal yang menurut saya seharusnya diperbaiki. Yaitu cara berpakaiannya yang terlampau cuek. Bahkan terkadang lusuh dan komposisi warnanya membuat mata cepat lelah.

Saya berpikir, bagaimana mungkin orang lain bisa simpati kalau penampilannya kayak gitu. Karena menurut saya, penampilan adalah salah satu pintu dalam berdakwah. Bukan begitu ?

Alhamdulillah, janji saya untuk mengunjungi rumahnya terlaksana baru beberapa hari yang lalu. Walaupun janji itu sudah sekitar dua tahun saya ikrarkan. Dan ternyata, pada saat itulah pandangan saya terhadapnya berubah drastis.

Hari sudah menjelang gelap saat kami berboncengan motor menuju rumahnya. Awalnya kami memasuki sebuah jalan sempit, hanya muat satu mobil. Perasaan saya masih biasa-biasa. Lalu setelah beberapa belokan, sebuah gang kami masuki. Perasaan saya pun masih biasa saja.

Beberapa rumah kecil berbahan batu bata kami lewati, teruus hingga rumah-rumah yang kami lewati makin sederhana –kalau tidak bisa dibilang kumuh- Dan akhirnya saya disuruhnya menghentikan motor di sebuah tembok yang memiliki pintu dari seng.

Pintu tersebut dibuka *jreng* dan tampak sebuah bedeng disana. Asal tahu, bedeng merupakan sebuah bangunan panjang yang disekat-sekat. Bukan untuk dijadikan kamar, namun justru untuk tempat tinggal.

Ya, disana ada beberapa keluarga perantau yang tinggal di ruangan yang lebih kecil dari kamar pribadi saya. Satu keluarga.

Lalu Arno mengajak saya ke kamar *maaf* rumahnya. Di dalam nampak bapaknya. Saya pun mengobrol ringan dengan beliau. Dari obrolan kami, ternyata beliau adalah seorang pedagang bakso yang rutin mangkal di depan sebuah supermarket.

Subhanallah, penghematan macam apa yang beliau lakukan sehingga anaknya dapat kuliah di sebuah kampus yang tergolong mahal.

Tidak lama berselang, ada suara wanita mengucapkan salam. Saya menoleh, dan ternyata yang datang adalah seorang pedagang jamu. Mungkin baru selesai berkeliling. Nampak letih, namun tetap ersenyum manis.

Tiba-tiba Arno berkata "Gah kenalkan, itu ibu saya" ucapnya mantap

*Sreet* Entah mengapa bukan rasa kasihan yang muncul dalam hati. Walau kini saya tahu kondisi ekonomi mereka. Sebuah rasa bernama kekaguman menyergap. Kagum yang berlipat-lipat. Kagum terhadap spirit luarbiasa dari sepasang orangtua yang sebegitu inginnya agar sang anak mendapatkan pendidikan terbaik.

Saya membayangkan kerja keras macam apa yang beliau berdua lakukan. Saya membayangkan sekuat apa penghematan yang beliau berdua lakukan. Dan Arno tidak menyia-nyiakan pengorbanan itu

Arno, terimakasih...
karena mengizinkan saya menunaikan kunjungan yang tertunda ini
kini saya lebih mengenal, apa artinya bersyukur

Monday, December 18, 2006

BASAH, BASAH, BASAH !

Tiga hari yang lalu...

Ashar, waktu dimana amalan kita diangkat para malaikat setelah subuh tadi. Langit nampak mendung, ditambah lagi rasa malas membuat diri ini mulai berdalih. Saya berpikir, ah kan kalo hujan mah ngga wajib shalat ke masjid. Nah masalahnya langit mendung tapi ngga hujan-hujan. Yah mau ngga mau the show must go on. Kewajiban harus dijalani. Maka mulai deh kaki dilangkahkan untuk shalat menuju masjid, walaupun berat.

Setiba di masjid, ritual mulai dijalankan. Dan ternyata, ramalan terbukti. Sebelum shalat diselesaikan ternyata hujan sudah turun dengan lebatnya. Gaswad nih, ngga bawa payung! Padahal saya ingat betul kalo ada pepatah mengatakan, sedia payung, dua tiga pulau terlampaui *garing yah, biarin* Dan kalo harus nunggu hujan reda, nampak lama nih.

Otak mulai berpikir. Dan mata pun mulai bergerak ke kanan atas, katanya sih kalo ekspresi gini artinya memikirkan masa lalu. Masa dimana saya masih sedikit penuh vitalitas dan berwajah imut. Dan tiba-tiba, Yihaa...! *ekspresi cowboy saat menemukan buruan*

Saya inget banget kalo dulu waktu sekitaran usia-usia SD lah. Pas hujan tuh girangnya bukan maen. Kenapa? Karena saat itulah saya dan adik berlari ke luar rumah untuk menyambut sebuah kondisi yang luar biasa dahsyat, menurut kami. Apa yang kami lakukan? Kami menari-nari didepan rumah, dan membiarkan derasnya hujan membasahi tubuh. Sensasinya, mantap!

Nah, daripada bengong trus terjebak bersama majelis taklimnya ibu-ibu yang beberapa menit lagi akan dimulai. Mendingan cabut ke rumah, sambil hujan-hujanan. Kenapa saya takut kalo terjebak sama ibu-ibu? Karena khawatirnya sulit kalo mereka berebut meminta saya jadi menantu, hehehe...

Pemikiran saya, sekali-kali bertindak sedikit radikal ngga apa-apa lah. Soalnya hidup ini cuma sekali. Selama tindakan tersebut ngga menyimpang, kenapa ngga? *Tapi ngomong-ngomong pemuda usia kepala dua, trus jalan sambil hujan-hujanan, ditambah senyum-senyum sendiri menyimpang ngga ya?*

Ah peduli amat, ngga dosa kok. Sekali-kali menghidupkan jiwa kekanak-kanakkan kita, refreshing gitu loh. Ok, tekad sudah bulat. Maka saya bangkit dari duduk, dan mulai melangkah. Kaki kanan mulai mengenakan sandal, disusul kaki kiri. Tangan kanan disodorkan dulu untuk mengetahui seberapa deras hujannya. Deras, deras sekali dengan angin yang cukup kencang. Ragu.

Tidak! Saya harus melangkah *cieh* dan BYUUR....hhaahhhhh sedikit kaget. Tapi saya menemukan sensasi yang entah mengapa membuat hati menjadi begitu damai. Tak terasa bibir tersenyum sendiri. Dan mata sedikit dipejamkan.

Nikmaaaaat....!

Thursday, December 14, 2006

SURAT MESRA BUAT ADIK

Adikku sayang…
Hari ini sudah delapan belas tahun
Kau hirup desir semesta ini
Tidak terasa ya

Kakakmu ini masih ingat betul
Saat menyuruhmu menghirup telunjukku
Bagaimana wanginya, kataku
Dan mungkin senyuman itu hanya milik kita berdua

Aku tak ingin mengucapkan selamat
Juga menyampaikan harapan

Terimakasih...
Karena banyak mengajariku
Bahwa sunyi bukan berarti diam
Teruslah beramal sayang

Karena,
orang yang hidup untuk dirinya sendiri
Akan hidup sebagai orang kerdil
Dan, mati sebagai orang kerdil

****
Untuk adikku Dwi Kurnia Putri
Yang lahir di hari ini

Monday, December 11, 2006

JAKARTA, FIUH...

Jakarta, ngga tau kenapa saya ngga pernah ngerasa nyaman dengan kota ini. Udara yang membuat ketiak lengket *waks !* dan mobilitas tanpa keramahan adalah salah satu argumennya. Menginap di dharmawangsa, daerah yang katanya sejuk pun tidak banyak membantu.

By the way

Dari jumat kemaren saya kesana buat ikut sebuah seminar periodik sebuah MLM dari Amrik. Setengah juta harga tiketnya, tapi satu istora senayan penuh sesak dengan para member dan calon membernya. Senang sekaligus miris. But sorry, bukan itu yang ingin saya bahas disini. Karena kehadiran saya disana pun bukan atas ongkos sendiri, dibayarin bo! Jadi, mana mungkin nolak. Lha wong tiketnya udah dibeliin.

Sambung nih

Yang berkesan adalah saat makan malem di senayan selepas acara selesai. Secara, mobil yang keluar parkiran buanyaak banget. Maka kami putuskan buat masuk ke resto dengan dua alasan. Pertama, nunggu lalulintas lancar. Dua, ikut sholat maghrib. Jadi intinya mah bukan makan, tapi numpang nunggu dengan malu setipis pantat botol.

Ya iyalah, yang lain beli makan berporsi-porsi. Kita mah cuma tahu isi 8 biji, teh manis anget 4, soalnya yang ini lebih murah dari teh botol hehehe... BUT WAIT ! Ada yang menarik di meja sebelah kanan belakang. Meja itu dilingkupi penghalang, nampaknya bakal ada lobi politik tingkat tinggi nih. Rahasia-rahasiaan segala, ekslusif banget...

Iseng, ngintip ah. Wow eh subhanallah, ada wanita yang mencrang dan berjilbab disana. Dan perasaan, kok nampak familiar yah. Artis bukan, tapi kok asa kenal. Maksudnya kenal tuh bukan timbal balik. Tapi saya (perasaan) tau dia, dan dia boro-boro tau saya. Gitu deh, orang indo mah kan hobinya sok-sok kenal kayak saya.

Siapa dia ?

Eureka! Ternyata itu Teh Rini. Pasti kenal dong, coba inget-inget. Udah inget? Yap itu adalah Teteh kita yang kedua setelah Teh Ninih. Dan tidak lama kemudian datanglah sang pangeran disertai ajudannya. Abdullah Gymnastiar yang ternyata baru aja ngisi acara di Indonesia Book Fair. Nampak letih.

Yah, efek jakarta mungkin

Aa Gah aja yang biasanya full power di bandung bisa letih
Apalagi Aa Gym hehehe


Thursday, December 07, 2006

BARU. KURA-KURA DALAM BIRU

(gaul mode : on)

Hmm...
Secara, gua sedikit perlu penyegaran
halah, asa teu pantes kieu

(gaul mode : off)

Begini sobat, sekarang
di bagian paling bawah blog ini ada virtual pet baru, yaitu :
JRENG ! kuya hejo a.k.a kura-kura berwarna hijau
namanya DEMPLON, artinya imut kayak yg punya-nya

tolong suruh dia renang sehari 16x yah,
biar kulitnya lembab ngga bersisik

oya, sebagai tanda sayang
maka kan kuberikan pantun indah ini

kura-kura dalam perahu
pura-pura tidak tahu

NB: punten aja kalo garing, hehehe

Tuesday, December 05, 2006

MALU MALUIN ISLAM

Suatu saat ada proposal permohonan sumbangan yang mampir ke kita
Pernah berfikir seperti ini?
Huh, malu-maluin Islam aja. Kok minta-minta sumbangan sih

WARNING !

Yang malu-maluin itu adalah orang yang mencaci, udah gitu ngga nyumbang lagi
Emang betul sih kata Rasul kita itu dilarang meminta-minta

TAPI....

Meminta yang dimaksud adalah meminta dalam konteks pribadi
Beda banget kalo kita meminta, dengan niat memberi peluang agar orang lain bisa berinfaq
Misalkan nyebarin proposal kayak gitu

Yang jadi masalah adalah saat kita dengan sombongnya
merasa tahu isi hati orang yang ngasi proposal itu

KESIMPULANNYA

Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun. (Al Baqarah 263)

Maksudnya perkataan baik adalah : menolak dengan cara yang baik
Maksudnya pemberian maaf adalah : mema'afkan tingkah laku yang kurang sopan dari si peminta

NAH GINI DONG, BARU SIP !!
iya kan iya dong...

Wednesday, November 29, 2006

BOSAN..

Rabb...
berikanlah aku keikhlasan itu
aku mulai bosan
bosan merangkai kata
hanya untuk dikagumi mata

Tuesday, November 28, 2006

MR BALDY DAN JALAN HIDAYAH

Saya punya temen, kepalanya botak, posturnya kurus. Mirip pentul korek cap duren lah pokoknya. Sengaja namanya ngga saya sebut. Biar ngga jadi ghibah ah hehehe...

Walaupun berbeda tempat kuliah, hubungan kami dapat dibilang akrab. Dulu pertama kenal sih saat ikut sebuah daurah (baca : training keislaman) di daerah lembang saat baru lulus SPMB.

Yang unik adalah perjalanannya menuju hidayah

Dulu, masa SD hingga SMPnya dia habiskan di sekolah kristen. Akibatnya, meniggalkan shalat jumat pun bukan merupakan sebuah hal yang salah baginya. Maklum, mene ketehe! katanya

Nah sewaktu SMA, as usual, kalo bulan ramadhan ada kitab keramat yang namanya 'buku pedoman aktivitas ramadhan' yang harus diisi 30 ceramah plus cap sakti dari DKM setempat.

Kalo kita sih, biasa. Tapi bagi dia, buku kayak gini begitu luar biasa. Istilahnya mah love at the first sight *Gini gitu nulisnya?* Dan akhirnya selama 30 hari temen saya ini memasuki belantara bernama kajian keislaman.

Akhirnya, hidayah datang menyapa. Dia baru sadar bahwa Islam itu ngga hanya ibadah ritual semata. Tapi sebuah sistem yang mengatur seluruh aspek kehidupan. Jalan kebahagiaan. Dan mulai saat itulah paradigmanya berubah *power ranger kalee, berubah*

Sekarang, temen saya ini adalah aktivis di sebuah yayasan sosial yang bergerak dalam bidang dakwah. Selain itu dia juga aktif di organisasi ilmuwan muda yang berasaskan Islam. Subhanallah ya, jalan hidayah mah suka ngga disangka-sangka

MENJADI ORANG BIASA

Saya ngga tau apakah menjadi orang biasa itu membosankan atau menyenangkan.

Yang saya tau, orang biasa adalah orang yang sebelum pergi, sibuk memilih pakaian, karena sangat khawatir akan apa yang dikomentari teman-temannya. Padahal, siapa pula yang peduli dengan cara berpakainan orang biasa sepertinya? Dia adalah seseorang yang kuliah diantar sopir, sopir angkot maksudnya. Harinya diawali dengan cepat-cepat mendatangi gerombolan, dimana teman-temannya sedang menyalin tugas hasil karya 'sang bintang kelas'.

Di kelas, orang biasa adalah dia yang jantungnya berdegup kencang tanpa alasan saat beberapa detik lagi namanya dipanggil oleh dosen, padahal itu cuma absensi harian biasa. Dia adalah orang yang kagum saat temannya, 'sang idola kelas' berinisiatif mengacungkan jari untuk memberi pendapat. Sementara dirinya mati-matian tidak tergagap, saat dosen menyuruhnya berpendapat.

Saat istirahat, dia paling anti pergi sendirian, harus berkelompok karena merasa terasing bila berjalan sendirian. Oleh karena itulah, bila ke WC dia selalu minta ditemani. Dan ciri lain orang biasa adalah dia yang ikut tersenyum saat 'pelawak kelompok' melontarkan humor-humornya. Dia juga adalah orang yang mengangguk-anggukan kepala, walau ngga connect akan apa yang diobrolkan teman-temannya.

Saat nilai rata-rata kelas adalah tujuh, orang biasa adalah dia yang cukup puas mendapatkan nilai enam koma tujuh lima. Bila kuliah beres, dia tidak berani langsung pulang karena entah mengapa ada dorongan untuk bergabung, dan ngobrol terlebih dahulu dengan teman-temannya.

Buku bacaannya adalah koran langganan, modul kuliah (bukan text book loh), komik, dan buku-buku yang ditugaskan oleh gurunya untuk dirangkum. Tidak lebih, tidak kurang. Bila menonton, dia adalah orang yang terus-menerus memindahkan channel mencari acara yang menarik, walaupun tanpa disadari pemindahan channel itu sudah dia lakukan selama tiga puluh menit. *Tuing tuing*

Orang biasa tidak pernah berorganisasi, dengan alasan kuliah itu ya belajar. IPK adalah alasannya untuk kuliah, karena CVnya harus tampak sempurna. Les favoritnya adalah bahasa inggris dan komputer, karena inilah yang dibutuhkan untuk melamar kerja, katanya. Saat ditanya pendamping impiannya ia hanya menjawab, yang penting pengertian, begitu katanya. Cita-cita tertingginya adalah masuk surga, dengan bekal solat pada saat injury time hehehe...

Saat friendster mulai ngetren, dia sibuk mengisi testimoni untuk friendlistnya, peduli amat kenal apa ngga, yang penting dipuji balik. Saat gmail invintation dia dapat, dia sibuk ngasi tau temen-temennya bahwa fasilitas di gmail tuh begini dan begitu loh. Saat ngeblog, dia ngasi komentar plus linknya di blognya orang beken, biar blognya banyak dikunjungi. Padahal, bukankah puluhan komentator disana memiliki tujuan serupa? Pusing bo!

Kalau udah kerja, jabatannya mentok di staf. Dan bila berbisnis, orang biasa adalah dia yang sangat berobsesi memberi merek LUMAYAN atau SEDERHANA pada rumah makan yang didirikannya. Lagi demam clothing, ngikut. Lagi tren digital printing, hayu. Terus, terus, dan teruuuus dikendalikan arus

Yah begitulah hidup orang biasa, semuanya bisa ditebak, semuanya gitu-gitu aja

Ada yang punya ciri lain?
No heart's feeling ah...

INSYA ALLAH

Pernah suatu pagi saya dapet SMS yang isinya kurang lebih

"Mohon kehadirannya pada acara anu bertempat di anu jam anu, jarkom ke si anu"

Maka saya jarkom deh SMS itu, tidak lama kemudian HP bunyi lagi. Report-kah? Ternyata bukan. Pas saya cek ternyata reply dari si anu yang saya jarkom. Isinya singkat.

"Coba baca Al Kahfi 23-24" begitu katanya

Kirain tausiyah pagi biasa, ternyata eh ternyata nyindir abis...!

"Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan tentang sesuatu: "Sesungguhnya aku akan mengerjakan ini besok pagi, kecuali (dengan menyebut): "Insya Allah". Dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa dan katakanlah: "Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya dari pada ini"

Pertamanya sakit hati. Ini anak sopan amat, udah mah junior, berani-beraninya lagi nyindir atas isi SMS yang ngga saya buat. Lha wong cuma ngejarkomin doang, kok gue yang disindir.

TAPI...

Alhamdulillah, pikiran saya mulai jernih, sejernih akal sehat
*Iklan minyak kalee*

Kok Allah baik bener ya ngasi saya lingkungan yang penuh orang-orang sholeh kayak gini. Padahal mungkin kalo ngebanding-banding amal mah bagaikan pohon pinang dan pohon cabe. Jauh...

Oya, insya Allah disini bukan kayak insya Allah-nya orang sunda okey. Yang notabene merupakan penolakan halus akan sebuah komitmen. Kok tau? Apan saya orang Sunda.

NB : Makanya nih, kalo bikin pengumuman baik poster, pamflet, sms, dan sebagainya. Jangan lupa pake Insya Allah. Kan hari esok siapa yang tau, tul !

Tuesday, November 07, 2006

BELUM SAATNYA CINTA

Cinta merupakan hal yang manusiawi. Bukan untuk dipendam dalam-dalam, bukan juga untuk diekspresikan dengan liar. Namun ia perlu dikendalikan, disalurkan pada pipa-pipa bernama perjuangan.

Terkadang atau bahkan sering sekali. Saat kita merasa cinta pada seseorang, misalkan ortu, adik, sahabat, maupun si dia. Kita sangat menginginkan untuk memilikinya. Kita sangat ingin agar dia melakukan apa yang MENURUT KITA baik untuk dilakukannya.

Bila kita menemukannya melakukan sesuatu yang MENURUT KITA tidak baik, maka kita marah, sedih, kecewa. Namun hari ini saya sadar bahwa hal tersebut adalah sebuah kesalahan besar.

Kita bukan Sang Pencipta. Yang notabene mengetahui apa yang SEBENARNYA baik maupun buruk bagi seseorang. Manusia diciptakan dengan segala keunikannya. Manusia diciptakan untuk menjalani peran khususnya. Betul bahwa tujuan penciptaan kita adalah ibadah, namun janganlah kita persempit maknanya.

Ada manusia yang perannya menebarkan ilmu yang mencerahkan
Ada juga yang perannya menebarkan harta yang memberdayakan
Tapi ingat, bukankah menebarkan senyuman pun ibadah?

Kembali lagi pada sang cinta. Alkisah Umar bin Abdul Aziz, seorang khalifah yang sedang menapaki tangga puncak amanah ternyata mendapatkan tawaran yang mengejutkan. Ia ditawari oleh istrinya untuk menikah lagi! Tidak tanggung-tanggung, istrinya sendiri yang memilihkan gadis beruntung tersebut bagi suaminya.

Adalah wajar bila seorang pahlawan memiliki kebutuhan akan kasih sayang dan kelembutan lebih dari orang kebanyakan. Dan sang istri ternyata memahami fitrah kepahlawanan tersebut. Ironisnya, ternyata gadis yang ditawarkan merupakan romantisme masa lalu Umar.

Dahulu, ada sebuah momen dimana Umar mencintai sang gadis. Dan sang gadis pun memberikan respon positif. Namun, atas nama kecemburuan justru sang istrilah yang menghalangi benih ikatan itu. Kini, kondisinya berputar balik. Justru sang istrilah yang menawarkannya pada suami tercinta.

Dorongan itu begitu kuat, gairah cinta meletup-letup. Dan lagi, pintu kesempatan terbuka begitu lebar. Namun, sekelebat kesadaran membuka tabirnya dalam benak sang khalifah.

TIDAK, Saya belum sepenuhnya merubah diri jika masih kembali pada dunia perasaan semacam ini.

Begitulah Umar, maka diapun justru menikahkan gadis tersebut dengan seorang pemuda.

Saat sang gadis bertanya

Dulu kita pernah saling cinta, namun kemanakah cinta itu sekarang?

Dengan penuh haru Umar bin Abdul Aziz menjawab

Cinta itu masih tetap ada, bahkan kini rasanya jauh lebih dalam

Maka, cinta itu pun digunakan sang khalifah untuk menjemput takdir kepahlawanannya. Jalan perjuangan. Dan begitulah, hari ini saya baru menyadari. Bahwa belum saatnya cinta. Belum saatnya ia diekspresikan.

NB : terinspirasi sebuah momen merah jambu dan juga dari buku berjudul Mencari Pahlawan Indonesia by Anis Matta

Sunday, October 29, 2006

ITIKAF BERSAMA SEORANG TEMAN DARI FILIPINA

Ada yang berbeda dalam (belajar) itikaf ramadhan ini. Oya, sengaja saya tambahkan kata di dalam kurung karena terlalu sering bolak balik ke rumah pas itikaf. Maklum lah, aktifis amatiran. Ok kita sambung, yang berbeda kali ini adalah kehadiran seorang ikhwah asal filipina.

Saya dikenalkan oleh seorang teman kepadanya. In English of course, tapi ya begitu deh. Ternyata membaca/mendengar dan berbicara adalah dua skill yang berbeda. Semua perkataannya saya mengerti, tapi pas giliran saya harus ngomong eh…patah-patah. Bae lah, im proud to be sundanese *chauvinisme nih ye*

Saya berasumsi bahwa dia adalah seorang mualaf. Biasa, efek perang media, di otak saya cuma kepikiran bahwa mayoritas muslim itu kalo ngga melayu ya arab. Tapi ternyata bukan, because he was born as a muslim at mindanao, one of the biggest island there *cieh jadi bule gini ngomongnya*

I'm not a Filipino but Moro

Ya, dia tidak mau disebut sebagai bangsa filipina karena katanya, filipina berarti hamba dari king philip (raja mereka saat dijajah). Padahal katanya, as a muslim we're slaves of Allah, alias hamba Allah. Dan Moro? Moro adalah julukan bagi muslim di filipina, yang mayoritas bertempat tinggal di pulau Mindanao. Moro, berasal dari kata Morocco karena dahulu para penjajah menganggap Muslim itu ya dari Maroko.

Katanya, perlakuan negatif pemerintah Filipina terhadap muslim disana sangat kentara. Bila melamar kerja, mereka yang muslim selalu dinomor sekian-kan. Akibatnya tingkat kemakmuran kelaurga muslim disana cukup memprihatinkan. Belum lagi tekanan pemerintah Filipina terhadap saudara-saudara kita yang tidak rela agamanya dilecehkan.

Gerilyawan Moro selalu dianggap teroris, dan kalo kita (bangsa indonesia) baca di koran. Pasti terpengaruh media bahwa gerilyawan itu adalah kumpulan pembunuh berdarah dingin. Padahal mereka adalah ikhwah kita, saudara seiman yang tidak rela aqidahnya tertindas. Inilah efek perang media, yang benar jadi salah, yang salah jadi benar.

Obrolan kami berlanjut. Ternyata teman kita yang satu ini sudah dua tahun di Indonesia. Bukan untuk bekerja, tapi kuliah. Dan tebak dia kuliah dimana? Kedokteran, bukan. Teknik, bukan juga. Ternyata dia kuliah di LIPIA (Lembaga Pendidikan Indonesia Arab) fakultas syariah, wow subhanallah mantap! Dan dia dikirim ke sini bersama dua orang temannya, salah satunya hafidz/hafal Al Quran semenjak kelas 2 SMU. Lagi-lagi subhanallah!

Gimana ngga mantap, LIPIA ini berada di bawah pembinaan langsung Univ.Ibnu Saud dari Arab Saudi. Boleh dibilang, untuk mencetak da'i berkualitas, universitas ini adalah yang terbaik di Indonesia. Tes masuknya sangat ketat, harus bisa bahasa arab dan hafal Al Quran sekian juz. Biasanya lulusannya bergelar Lc (Licenced) setara dengan alumnus timur tengah. Dosen-dosennya native, dan walaupun lokal biasanya Doktor lulusan timur tengah.

Sampai-sampai ada sebuah anekdot bahwa LIPIA itu adalah singkatan dari Lembaga Ikhwan Pujaan Ibu dan Akhwat. Istilahnya, mana ada sih yang mau nolak kalo lulusan LIPIA udah ngelamar seorang akhwat hehehe....

Afwan, kita sambung lagi ceritanya. Teman kita ini bisa sekolah di Indonesia karena ada seorang da'i senior yang melihat potensinya. Setelah lulus, impian teman kita ini adalah kembali ke negerinya untuk berdakwah disana. Karena katanya, anda harusnya bersyukur karena di Indonesia ada begitu banyak da'i. Tapi kami, walaupun dilahirkan sebagai muslim, sangat banyak yang tidak mengenal apa itu Islam. Da'i disana amat sedikit.

Hmm..jadi kepikiran kata seorang ustadz
Jihad, jihad, kita mah untuk ngaji hari ahad aja berdalihnya minta ampun!

TARGET KEREN RAMADHAN 2

Nyambung yang sebelumnya. Pada awalnya, sempet rendah diri juga ngedenger target-target yang sebegitu kerennya. Kok bisa ya mereka kayak gitu? Pikirku. Soalnya mereka yang saya tanya pertama itu bukan mahasiswa/mahasiswi biasa. Bisa dibilang sibuk lah, dalam artian dia memiliki amanah lain diluar aktifitas akademisnya. Ada yang aktif di Unit, ada juga yang di Yayasan, ada juga yang sambil ngajar privat, bahkan ada yang sambil jadi mentor.

Tapi...*tanpa bermaksud berburuk sangka akan keikhlasan teman-temanku itu*

Coba deh diliat lagi target ramadhan mereka. Tilawah, shalat, dzikir, dan sebangsanya. Kok amalan PRIBADI semuanya yah? Perasaan, Islam ngga sesempit itu deh.

Asa jarang ngedenger temen yang ngejawab:

Target ramadhan saya sih sedekah setiap hari, mendoakan saudara seIslam setiap habis shalat, memancing teman sekelas agar curhat lalu menyusupkan dakwah kedalamnya, ngirim sms tausiyah ke sekian orang dalam sepekan, wakaf buku baru ke panti asuhan anak yatim, dsb, dkk, dll, etc.

Kan insyaAllah yang gitu juga amal shaleh yah?

Fiuh...menilai orang lain memang mudah, tobat kamu agah!

TARGET KEREN RAMADHAN 1

Gimana nih target ramadhannya ?
Begitulah pertanyaanku pada beberapa teman, dengan tujuan agar diri ini lebih termotivasi dalam beramal. Dan memang harus ada trik tersendiri biar mereka-mereka buka kartu, soalnya takut dianggap riya.

Dan ternyata jawabannya memang pada muantap!
Tilawah everyday, khatam Al Quran, shalat dhuha minimal lima kali kali sepekan, tarawih pantang bolong, baca sekian buku selama ramadhan, dzikir pagi dan petang, itikaf, dsb, dkk, dll, etc. Pada gaya lah pokoknya mah.

Ada juga temen yang pas saya tanya targetnya menjawab dengan mengacungkan lima jari.

Shalat lima waktu ? Bukan katanya
Khatam lima kali ? Bukan juga
Trus apa? Ternyata
Hafal lima juz Al Quran
Wooowww eh, subhanallah! Soalnya setahu dia bukan orang santai, justru padat aktifitas. Dan setahu saya hafalannya saat ditanya, baru dua juz. Artinya target dia ngafalin tiga juz selama tigapuluh hari. Suwit-Suwiw ! ikhwan idaman pisan yeuh

Dan masih banyak lagi variasi jawaban dari temen-temen saya yang ngga kalah menakjubkan. Tapi, disisi lain...

Ada juga temen yang ngejawab
Yah, minimal bisa tamat sampai surat Ali Imran deh
Saya mah yang penting ngga bales dendam pas berbuka
Target gua? Itung-itung ngelangsingin badan bo!
Puasa!? cihuy kesempatan buat maen CM (Championship Manager) seharian euy

Wah..wah..wah..sungguh dunia yang berbeda. Jadi keingetan sama ceramah super keren berjudul manusia-manusia kosong (mau dengerin? kontak saya)

Tapi inget, bagi yang emang targetnya ngga jauh sama yang saya sebut pertama tadi. Pas baca target yang di bawahnya, eh langsung ngeremehin. Jangan sombong saudaraku. Bisa saja dalam beberapa detik Allah mencabut hidayah yang diberikanNya karena kesombongan kita. Betul !?

JANGAN BERHARAP MOMENTUM 2

Seperti biasa, kami para ikhwan ke masjid buat shalat shubuh. Nah ternyata selepas shubuh mereka tidak langsung beranjak balik ke kampus, tapi dzikir dan tilawah hingga terbit matahari. Padahal jarang loh ada anak muda yang tahu hadits ini:

Barang siapa yang shalat shubuh berjamaah, kemudian duduk berdzikir sampai terbit matahari, kemudian shalat dua rakaat maka dicatat baginya (pahala) haji dan umrah secara sempurna, sempurna, sempurna.
(HR Imam At Tirmidzi, Kitab Al Jumah nomor 586, Imam Tirmidzi mengatakan hadits ini hadits hasan gharib. Menurut Syekh Al Albani -rahimahullah- hadits ini kedudukannya hasan. Lihat Shahih At Targhib wat Tarhib nomor 461)

Yang bikin mau nangis adalah, keadaan seperti inilah *aktifis dakwah yang kuat dalam ibadah* yang saya impikan saat menjadi pengurus dahulu. Dulu mah, BEBERAPA pengurus teras, menyambut adzan saja sulitnya minta ampun. Tapi sekarang, subhanallah, kami diwariskan adik-adik yang begitu tinggi semangat keislamannya. Bahkan saat saya ngobrol dengan salah satu dari mereka, ada yang sudah hafal tiga juz! Dulu mah, tilawah aja jarang. Cape deh...

Hikmah yang bisa diambil ialah, jangan pernah berharap momentum puncak akan datang saat kita terlibat dalam sebuah proyek dakwah. Karena biasanya, kalau momentum itu tidak datang, kekecewaan lah yang akan muncul. Kerjakan saja sepenuh hati. Biarkan Allah memilih momen tersebut bagi siapa yang dipilihNya.

Iya ya, jadi keingetan. Memang sih dulu Islam jaya saat kepemimpinan Rasulullah. Tapi harus kita akui bahwa saat kepemimpinan Umar lah hampir separuh dunia ini berada dalam naungan Islam. Ekspansif. Allah memilih momen puncak tersebut kepada seorang Umar bin Khattab.

Tapi saya yakin, bahwa Rasul telah membayangkan hal tersebut jauh sebelumnya. Inilah dimana ciri kepeminpinan adalah saat impian mendahului sang zaman *CIEH*. Maka, jangan berharap momen, jangan ingin dikenang sejarah, jalani saja dengan ikhlas...

JANGAN BERHARAP MOMENTUM 1

Masih terbayang, saat dulu aktif sebagai pengurus di organsisasi kemahasiswaan bernuansa keislaman. Memegang amanah kepengurusan memang luarbiasa berat. Khususnya dalam menyikapi gradien antara idealisme dan realitas. Kuliah di sebuah kampus yang masih berusia muda *bahkan orang Bandung pun masih awam* dengan aktifitas kemahasiswaan yang notabene masih pasif tentu menimbulkan kegelisahan tersendiri. Pasif dalam artian dilingkupi oleh mahasiswa yang apatis terhadap lingkungan non akademis.

Selain aspek tersebut, kegelisahan ini muncul karena saya cukup sering *hampir tiap hari* menghabiskan waktu di sebuah kampus berusia lanjut di tengah kota Bandung. Yang notabene spanduk, baligo, dan publikasi lain mengenai even-even kampus sangat bertebaran disana. Dan dalam lingkup aktifitas dakwah kampus, tentu kesenjangannya amat jauh dengan kampus saya.

Ramainya masjid sebagai pusat aktifitas dengan mudah kita temukan disana. Mahasiswa baru dengan pemahaman keislaman yang cukup mendalam juga mudah kita dapati, apalagi akhwat *ehem* berjilbab lebar yang bertebaran disana. Dan di kampus saya, yah sebagaimana anak muda pada umumnya lah.

Nah, bisa kebayang kan gimana stresnya saat saya hidup hampir tiap hari di dunia penuh idealisme, sementara saat ke kampus realitas yang berkebalikan sudah menanti. Maka tidak heran selama dua tahun aktif sebagai pengurus, stres ini begitu tinggi. Apalagi saat melihat SEGELINTIR pengurus yang asyik-asyik aja ngerokok, pacaran, etc *ampyun deh*. Padahal ceritanya mereka itu adalah aktifis organisasi ISLAM, sekali lagi, ISLAM, bukan organisasi biasa. Dan disini kita bicaranya tidak hanya dalam lingkup halal/haram. Tapi sudah beranjak ke lingkup pantas/tidak.

Untuk mempermudah, kita ambil ilustrasi. Jika ada pertanyaan, bolehkah kita makan baso sambil jongkok di pinggir jalan? Jelas boleh karena kita mah rakyat biasa *mau di jongkok di tengah jalan aja ngga ada yg peduli*. Nah sekarang saat yang jongkok itu Pak SBY, boleh? Ya boleh-boleh aja. Tapi TIDAK PANTAS, betul !?

Ok kita lanjutkan, dalam kondisi penuh tekanan seperti itu, tidak jarang perasaan putus asa menghampiri. Sering muncul bisikan seperti: Udah lah, ngga usah muluk-muluk, segini juga udah cukup ATAU biarin aja, ngga usah capek-capek berkorban, kan pengurus yang lain juga usahanya cuma segitu-gitu aja. Namun alhamdulillah, saya ngga sampai KO ditengah jalan, walaupun emang sering down.

Tapi itu dulu, sekarang pikiran ini sudah tercerahkan karena sebuah momen. Yaitu saat kami para alumni diundang untuk menginap saat malam ramadhan di kampus oleh adik-adik pengurus. Acaranya standar lah, ceramah plus silaturahmi dan makan-makan. Tapi yang bikin ingin nangis itu pas subuhnya. Eng ing eng

Sunday, October 08, 2006

SENYUM KECIL DI BULAN RAMADHAN

Kan akhir-akhir ini adikku yang baru kelas 1 SMP lagi semangat-semangatnya ngimamin shalatnya kaum hawa di rumah. Ceritanya sih baru baligh. Alasannya? Bukan melatih keberanian, tapi biar shalatnya cepet. Gitu katanya.

Nah as usual, kalo shalat fardhu aku dan bapakku ke masjid. Dan kaum hawa mah shalat berjamaah di rumah.Dan ceritanya si kecil ngimamin ibu. Rakaat pertama, lancar. Nah ini dia masalahnya, pas rakaat kedua kan harusnya tahiyat awal eh si kecil malahan langsung berdiri.

Maka dengan spontan ibuku menariknya agar duduk lagi. Nah parahnya, setelah si kecil ini duduk. Bukannya tahiyat awal, eh malahan bablas langsung salam. Setelah melakukan salam kekanan dan kekiri, dia keheranan. Kok ibunya malahan berdiri lagi.

Beberapa detik kemudian, baru dia sadar apa gerangan yang terjadi. Dan yang ngga tau malu, udah mah salah, eh malahan mencak-mencak sendiri. Hehehe...bodor pisan ngedenger ceritanya di pas lagi ngumpul di meja makan.

Eh, jadi keingetan cerita temen pas aktif di rohis SMA dulu. Jadi katanya pas lagi shalat dia bersin. Dengan spontan sambil menutup mulutnya dia mengucap Alhamdulillah. Dan sepersekian detik kemudian karena baru sadar bahwa dia lagi shalat, maka dia langsung meralat dengan ucapan Eh Astagfirullah.

Jadi kalo dirangkai, lengkapnya jadi gini Huaatchiy Alhamdulillah, Eh Astagfirullah

Hehehe parah

Sunday, October 01, 2006

DARI HARAJUKU MENUJU CAHAYA 2

Konon kata partnerku, hanya dengan uang seadanya. Gadis muda ini nekad pergi ke Bandung. Tanpa kerabat maupun saudara. Ingat, usianya baru 18 tahun cing ! Dan kabarnya kini ia tinggal dengan orang tua angkat (entah bagaimana ceritanya, yang jelas kami bersyukur dia sudah punya tempat tinggal)

Baru dua hari, semenjak pertemuan itu. Dan kabarnya hari ini ia akan datang untuk mendapatkan sedikit pengarahan dari partnerku. Karena tugas itu bukan tanggung jawabku, maka akupun datang agak siang ke kantor tercinta.

Langkahku sedikit melambat, saat melihat hal yang agak asing dari kejauhan. Di kantor, terlihat ada 2 orang gadis berjilbab sedang mengobrol santai. Yang seorang adalah karyawati kami. Tapi siapa gerangan yang seorang lagi ?

Itu Echa...!

Subhanallah, Allah-lah yang membolak-balikan hati. Allah-lah yang Maha memberi hidayah. Penampilannya jauh berubah, jauh sekali berubah. Kini bukan gaya harajuku yang kita dapati darinya. Melainkan pakaian rapi menutup aurat, dengan jilbab terulur hingga ke dada. Dan itu terjadi dalam dua hari !

Penasaran, maka aku bersama partnerku pun memintanya menceritakan kisah apa yang terjadi dalam dua hari ini. Jawabannya sederhana. Echa tiba-tiba aja pengen, katanya dengan gaya bicara remaja yang masih manja. Disinilah makna mahalnya sebuah hidayah kurasakan, benar-benar hanya hak Allah-lah hidayah bisa datang menelusup ke hati hambanya.

Echa melanjutkan, katanya, kini setiap maghrib ia mendapatkan pengajaran iqra dari Bi Ibah. Pembantu rumah tangga di rumah orang tua angkatnya. Kenapa iqra ? Karena sejak kecil pelajaran Al Quran jarang sekali ia dapatkan. Maka wajar bila ia dulu berpenampilan seperti itu, modis dan sexy. Karena darimana pula tata cara berpakaian muslimah ia ketahui? Dan, siapa pula yang mendakwahinya?

Demikianlah Echa, seorang gadis belia. Dari harajuku menuju cahaya. Banyak hikmah untuk kita renungkan...

DARI HARAJUKU MENUJU CAHAYA 1

Harajuku is a popular iconic location in the entertainment world, both inside and outside of Japan. The girls of Harajuki have been said to be the "Star beauty of Japan"

Belum lama aku mengenalnya. Pertemuan pertama kali bagi kami ialah saat aku melihatnya sedang mengobrol asyik dengan karyawati di kantor kami. Penampilannya mengesankan bahwa ia berasal dari keluarga menengah ke atas. Rambut ala brit pop dengan cat merah tembaga, pakaian ketat, dan kaos kaki warna pelangi, ditambah dandanan ala harajuku. Hmmph..naluri menghakimi pun muncul. Bukan wanita baik-baik, kataku dalam hati.

*Ya..beginilah hobi seorang aktifis amatiran, senang meremehkan orang lain*

Setelah info dari sana-sini, ternyata aku mendapatkan namanya. Echa panggilannya. Keperluannya datang ke kantor kami ternyata untuk mencari kalau-kalau ada lowongan kerja buatnya. Ouw kebetulan ! Rencananya kami hendak membuka counter makanan di sebuah kantin kampus. Dan sebagai lulusan Sekolah Menengah Ilmu Partiwisata, nampaknya Echa cocok. Walaupun dalam hati aku masih sedikit kurang sreg, kenapa gadis semuda ini sudah terfikir untuk bekerja? Dan lagi, penampilannya tidak mencirikan bahwa dia hidupnya susah. Pikirku.

Wawancara pun berlangsung. Bukan olehku, namun partnerku yang melakukannya. Dan beberapa hari kemudian partnerku pun memberitahukan hasilnya. Dia kita terima Gah, bukan semata karena skill tapi nampaknya dia perlu kita tolong, begitulah kata temanku. Hah, kita tolong !? Aku yakin jawabannya pasti lebih dalam daripada itu. Akupun meminta dia untuk menceritakan detail wawancaranya.

Beginilah ceritanya, lahir dari keluarga broken home membuatnya tinggal bersama sang ayah di Jakarta. Sang ayah membiayainya sekolah. Dan seperti remaja broken home pada umumnya, pulang terlambat merupakan hal yang biasa bagi seorang Echa. Hingga pada suatu hari ketidaksukaan ayahnya pada sikap tersebut membuatnya harus hengkang dari rumah itu. Alias terusir.

Maka, yang terpikir bagi Echa adalah tinggal bersama sang ibu. Ternyata tidak disangka, sang ibu sudah bersuamikan seorang duda yang sudah memiliki anak. Namun, hal itu tidak menjadikan halangan bagi Echa untuk menemui ibu kandungnya tercinta. Ia hendak meminta izin agar dapat tinggal dengan sang ibu dan keluarga barunya. Tanpa sedikitpun ada prasangka negatif.

Dan bukan sambutan hangat yang didapat, melainkan ucapan sesal
Maaf nak, ibu sudah terlanjur mengaku bahwa ibu belum mempunyai anak.

Kini...Echa dengan gaya harajuku-nya di Bandung, merantau dengan usia baru 18 tahun. Mencoba merajut harapan baru dalam perjalanan hidupnya.

Tuesday, September 12, 2006

RAMADHAN YANG ANEH

Dari beberapa ramadhan yang dilalui, ada satu momen yang sangat berkesan buat saya. Tapi afwan, saya lupa lagi ramadhan tahun berapa *HALAH, KATANYA BERKESAN*

Singkatnya mah pas ramadhan yang 'itu' gejolak emosi saya nggau tau kenapa, biasa...banget. Cenderung kering. Padahal kalo masalah ibadah sih -dan ini wajar- ada peningkatan dibandingkan sebelum ramadhan. Tapi kok perasaan masih gini-gini aja.

Hingga akhirnya 10 hari terakhir

Nyoba2 ikutan itikaf di masjid habiburrahman PT.DI Bandung. Biasalah amatiran, itikafnya juga pulang pergi. Alasannya macem2, baju udah abis lah, ngambil barang ketinggalan lah, etc. Yang jelas awal itikaf dijalani dengan perasaan yang biasa, dan terus...biasa. Duh, gersang amat ya hati ini.

Eh ngga kerasa udah hari terakhir lagi

Biasa, dengan penuh semangat ikutan deh qiyamullail da saya tahu bahwa yang dibaca bakalan juz 30. Padahal biasanya sih memisahkan diri dengan jamaah, alasannya? Biar lebih khusyu cieh... padahal ngaku aja ngga kuat berdiri sama bacaan Quran yang panjang2. Surat demi surat dibaca, hingga akhirnya shalat witir

Sang ustadz membaca Qunut Witir

Pertamanya mah ngga ngga ngerti ni ustad baca doa apaan. Tapi kok jamaah kiri kanan pada nangis tersedu-sedu begindrang. Jadi sedikit bingung deh. Maka, bacaan doa tersebut makin saya perhatikan. Telinga dan pikiran saya buka lebar-lebar. Masih belum mengerti. Hingga akhirnya ada satu doa yang langsung membuat mata ini menghangat, dan air mata mengalir deras, bunyinya

"Ya Allah, terima kasih telah mengkaruniai kami Ramadhan"

Dan esoknya ramadhan telah berlalu...

Friday, September 01, 2006

SEDEKAH ITU LUAS BUNG !

Ngomong-ngomong tentang sedekah nih...
Ada seorang kerabat dekat yang senantiasa memberi saya inspirasi. Walaupun bukan saudara kandung, namun saya memiliki hubungan yang cukup dekat dengannya. Namanya? Rahasia ah, khawatir yang bersangkutan kerepotan menangani fans yang makin berjubel hehehe…

Kami cukup sering mengobrol berdua, terkadang membicarakan hal-hal yang konyol dan terkadang pula membicarakan hal-hal serius yang penuh inspirasi.

Pernah kami mengobrol dan ada salah satu perkataannya yang membuat saya agak terhenyak Sedekah itu luas loh, ngga mesti dengan harta. Namun perhatian, senyuman, dan doa yang tulus bagi sesama makhluk Allah pun bisa dijadikan ladang sedekah bagi kita. Begitulah katanya.

Cieh ! keren amat, tumben... Pikirku

Pada awalnya saya masih belum paham. Namun seiring berjalannya waktu, setelah melihat beberapa momen sederhana yang menurut saya sangat luarbiasa, barulah saya ngerti. Pernah kami berjalan bersama menuju masjid untuk shalat fardhu, dan selama perjalanan saudaraku ini hampir tidak pernah berhenti tersenyum, menyapa, dan mengucapkan salam terhadap bapak, ibu, kakek, dan nenek tetangga yang ditemuinya. Bahkan, emang-emang penjual mie baso pun tidak luput dari sapaannya.

Oh, ini toh maksudnya sedekah itu luas Kataku dalam hati

Bayangin, emang baso disenyumin tanpa mengharap imbalan cing!

Beda amat sama saya yang sering senyum kalo ada maunya, milih-milih mana yang pantes and mana yang engga. Apalagi suka ada perasaan yang ini aktifis yang ini bukan, yang ini ikhwah yang ini bukan. Beda status, beda penyikapan. Egois banget gitu loh…

Pernah juga sepulang dari masjid setelah shalat shubuh kami berjalan bersama. Dan ternyata ada seekor lintah yang menyeberang jalan beraspal yang notabene akan semakin menguras cairan tubuhnya. Saudaraku ini tanpa banyak berfikir langsung mencari-cari ranting/daun dan mengantarkan sang lintah ke tujuannya. Wuih, kepikiran ya berbuat kayak gitu. Oh ini toh maksudnya sedekah itu luas Lagi-lagi kataku dalam hati.

Saya tiba-tiba terfikir saat dulu lagi jalan ke kampus dan ngeliat ada cacing ajep-ajep di tengah jalan kepanasan. Kasian sih kasian, tapi gitu deh…. *bisa ngebayangin kan apa yang saya perbuat? Kalo ditulisin takut agak ekstrim ah*

Dan ada lagi yang membuat saya merasa sangat bersyukur bisa deket sama saudara kayak gini. Pernah waktu kami berdekatan abis sholat, samar-samar saya yang ngedenger dia berdoa agar Allah nolongin orang palestina, orang yang dililit hutang, orang yang belum menjemput hidayah, orang yang hatinya gelisah, dsb, dll, dkk, etc…

Intinya…

Kok kepikiran yah ngedoain orang lain. Trus masalah-masalah yang disebutin spesifik lagi. Lha saya? Ampir semua doa ditujuin ke diri sendiri, paling top ngedoain orang tua. Ngaku aktivis, tapi ngedoain organisasi dimana saya aktif aja jarang. Busyet deh, harus lebih banyak belajar sama dia nih!

Fiuh...ternyata bener ya sedekah itu luas…

Sunday, August 27, 2006

DALIH OH DALIH, BUAT AKTIFIS YANG HOBI TELAT

Afwan ana telat 30 menit, mulai duluan aja rapatnya
Bukan aktifis kalo datengnya tepat waktu, sebuah asumsi yang kudapat dari pengalaman berorganisasi selama ini. Pernah suatu ketika dalam sebuah seminar pengembangan diri, pembicara mengatakan “Dalam hidup, kita hanya bisa memilih satu diantara dua hal. Yang pertama adalah sukses, yang kedua adalah dalih. Jika anda ingin sukses, maka lupakanlah dalih. Dan jika anda memilih untuk banyak berdalih, maka lupakanlah kesuksesan”

Hal ini cukup membuatku merenung. Betapa tersindirnya hati ini pada saat itu. Karena aku, dan semua orang pastilah ingin sukses namun dalam perjalanannya ternyata begitu banyak dalih yang kita kemukakan. Dan sindrom banyak berdalih ini ternyata tidak hanya menimpa para orang dewasa, karena remaja pun tidak luput dari sindrom ini.

Sukses bisa memiliki banyak definisi, bila kita seorang pelajar maka kesuksesan kita diukur dari nilai akademis. Jika kita seorang muslim maka kesuksesan kita diukur dari kualitas dan kuantitas ibadah kita. Bila kita adalah seorang anak maka kesuksesan kita diukur dari tingkat keberbaktian kita kepada orangtua. Dan bila kita seorang aktifis, maka sukses adalah tercapainya tujuan kolektif dari organisasi kita.

Nah ternyata, penyebab kita sering berdalih ialah anggapan bahwa semua yang terjadi BUKAN karena kesalahan kita, namun kesalahan hal-hal DILUAR diri kita. Mari kita perhatikan ilustrasi berikut, kita jadikan 'ikhwan' sebagai korban hehehe...

Saat Ikhwan masih bayi dan belajar merangkak, tentunya pernah terjatuh. Nah, suatu hari saat sedang merangkak ternyata Ikhwan jatuh dan kepalanya terbentur kursi. Ikhwan pun menangis, ibunya tergopoh-gopoh mendekat sambil meredakan tangis Ikhwan. Lalu sang ibu mengatakan ”sayang...ga apa-apa kok. Kursinya nakal ya?” (Baca : yang salah itu kursi, bukan Ikhwan)

Saat duduk di bangku sekolah, prestasi Ikhwan biasa-biasa saja. Ketika ditanya penyebabnya maka Ikhwan menjawab “Habis gurunya kurang jelas sih ngajarnya” (Baca : yang salah itu guru, bukan Ikhwan). Harusnya Ikhwan bertanya pada dirinya, mengapa aku tidak belajar mandiri? Atau minta diajari oleh teman yang dianggap pintar? Atau ikut les privat?

Suatu hari Ikhwan terlambat datang ke sekolah, oleh guru piket ditanya alasannya. Ikhwan menjawab “Habis lalulintas macet dan angkotnya ngetem pak” (Baca : yang salah itu kemacetan dan sopir angkot, bukan Ikhwan). Padahal seharusnya setelah beberapa waktu bersekolah, seharusnya Ikhwan sudah hafal jadwal kemacetan. Dan begitulah, terus berulang. Hingga (mungkin) saat ini.

Ah jadi malu saya juga...soalnya saya juga ikhwan

Saturday, August 19, 2006

DUAPULUH MENIT BERSAMA USTADZ DRUMMER

Subhanallah wabihamdih, subhanallahil azhim...

Serasa baru kemarin pesantren yang kami adakan berakhir. Sebagai panitia, begitu banyak kesan yang membekas dihati. Mungkin bukan dari sisi keilmuan, karena sebagai panitia tugas kami lebih banyak diluar kelas. Namun kebersamaan antar sesama panitia yang begitu tulus dan tanpa pamrihlah yang masih kukenang hingga tulisan ini dibuat.

Pesantren yang kami adakan diisi oleh beberapa ustadz baik dari Bandung maupun luarkota. Mereka semua insyaAllah merupakan pemateri yang kredibel di bidangnya. Namun ada seorang ustadz yang memberi pengalaman tersendiri dalam diri ini.

Ustadz Alfi namanya, sebelum menjadi ustadz konon kabarnya beliau adalah seorang drummer terbaik se-Jawa Bali. Namun kini –subhanallah- atas hidayah dari Allah, beliau mewakafkan dirinya untuk menjadi agen pencerahan agar umat tidak bergelimang kemaksiatan.

Suatu malam, beliau mendapat giliran untuk menjadi pemateri. Tema yang beliau sampaikan adalah mengenai dzikir. Sebuah amalan yang tidak memerlukan banyak energi, dan tidak menghabiskan banyak waktu. Namun, ganjarannya justru sangat besar disisi Allah SWT. Karena sudah pernah mendapatkan materi serupa, aku masih tidak begitu tersentuh hingga akhir materi selesai disampaikan. Dan setelah materi itu, peserta dan panitia pun menjalankan agenda rutin yaitu tidur malam.

Selepas shalat shubuh, beliau ternyata meminta panitia untuk mengantarkannya ke stasiun kereta api. Katanya, beliau mendadak dipanggil ke Jakarta untuk bertemu dengan perwakilan sebuah LSM dakwah internasional. Dan akupun menyanggupi untuk mengantarnya dengan pemikiran kapan lagi aku bisa ngobrol personal dengan seorang ustadz kalo bukan pada momen ini.

Mobil dipanaskan dan beberapa menit kemudian mulai melaju. Perjalanan kuestimasi akan memakan waktu sekitar 20 menit. Maka di perjalanan akupun bertanya berbagai hal terutama mengenai aktifitas beliau sebagai seorang ustadz. Obrolan berjalan lancar disertai beberapa jeda bicara.

Dan sahabat sekalian, ada satu momen yang membuat perjalanan 20 menitku menjadi begitu berkesan. Momen itu adalah saat jeda bicara. Biasanya, bila kita mengobrol dengan seseorang akan ada jeda dimana kedua belah pihak sibuk memikirkan apa lagi topik yang akan dibicarakan. Namun beliau tidak, karena jeda tersebut selalu diiringi dengan suara lirih berbunyi istigfar, tasbih, dan kalimat-kalimat dzikir lainnya. Tak ada waktu yang terbuang sia-sia. Inilah yang membedakan antara waktu luang orang-orang shalih dengan orang awam seperti kita.

Maka seketika akupun teringat akan materi yang beliau sampaikan tadi malam...

Rasulullah SAW bersabda : Ada dua kalimat yang ringan diucapkan dengan lisan, namun memberatkan timbangan kebaikan pada hari kiamat dan amat dicintai oleh Allah Yang Maha Pengasih. Kalimat itu adalah Subhanallah Wabihamdih, Subhanallahil Azhim (Maha Suci Allah dan segala puji bagiNya, Maha Suci Allah lagi Maha Agung)
-HR Bukhari Muslim-

Wednesday, August 16, 2006

PAK UMAR, JOMBLO EH JOMPO KEREN!

Ash Shalaatu Khairum Minan Nauu..mm Jika sahabat kebetulan terbangun disubuh hari, cobalah untuk mulai sekali-kali shalat berjama’ah di masjid. Dan perhatikan tamu-tamu yang memenuhi undangan Allah untuk menghadiri pertemuan yang agung denganNya. Niscaya didalam istana bernama masjid itu, kita akan mendapati banyak tubuh-tubuh ringkih termakan usia. Dan barulah kita sadar bahwa masjid telah berubah menjadi panti jompo.

Dari sekian bapak-bapak, ada satu orang yang cukup menarik perhatianku. Menurut orang-orang sih namanya pak Umar. Kutaksir usianya sekitar 80 tahunan. Giginya tinggal beberapa, tubuhnya mulai bungkuk, tarikan nafasnya sudah memberat, dan langkahnya terlihat lambat. Namun, hal tersebut justru semakin menambah kekagumanku pada beliau. Setahuku, shalat shubuh berjama’ah di masjid tak pernah beliau tinggalkan. Lengkap dengan shalat sunnah fajarnya.

Kalaupun absen, biasanya itu disebabkan beliau sedang berada di rumah anaknya yang diluar kota karena istrinya sudah meninggal. Padahal, jarak rumahnya ke masjid lebih jauh daripada jarak rumahku. Aku saja yang rumahnya dekat sering ketinggalan rakaat pertama karena sering menunda-nunda beranjak dari tempat tidur.

Pernah aku mengobrol ringan dengan beliau. Satu hal yang paling kusuka adalah saat beliau tertawa, lucu melihat giginya yang tinggal beberapa. Dari perkenalan kami selama ini, aku semakin yakin bahwa beliau adalah seseorang yang luar biasa. Seorang ringkih bersemangat baja. Katanya, beliau biasa bangun jauh sebelum adzan shubuh dan shalat malam sedapatnya. Lalu jika kuamati apabila beliau sedang membaca Al Quran di masjid, nafasnya justru panjang. Sehingga ayat yang dibaca berhenti tepat pada tempatnya.

Dan hebatnya lagi diantara bapak-bapak yang lain, beliau adalah satu-satunya yang tidak berkacamata. Subhanallah. Malu, malu rasanya setiap kali melihat beliau. Aku yang masih muda justru kalah oleh semangat seorang kakek dalam menjemput cintaNya. Tak terbayang, bagaimana kedudukannya di akhirat kelak. Mungkin langkahnya yang lambat sekarang, justru akan membuatnya melesat di hari penghisaban kelak.

Relakah kita ikut ambil bagian dalam berubahnya masjid menjadi panti jompo?

Rasulullah SAW bersabda : Shalat berjamaah dilipatgandakan duapuluh lima/duapuluh tujuh kali dari sholat sendiri di rumah atau di pasar. Yang demikian itu karena jika seseorang menyempurnakan wudhu kemudian keluar menuju masjid, tiada ia melangkahkan kaki melainkan diangkat satu derajat dan dihapus satu dosanya. Dan bila ia shalat, malaikat senantiasa mendoakannya Allahumma Sholli ‘alaihi Allahummarhamhu (Ya Allah berilah hambamu ini kebaikan dan rahmat) selama di tempat sholat itu ia tidak berhadas
-HR Muslim-

Friday, August 04, 2006

SEDEKAH KITA BERKAH? NTAR DULU

Kasihan om, buat bayar sekolah om...

Seorang anak dengan baju lusuh mengulurkan tangan kepadaku. Dalam genggamannya terselip selembar fotokopian kertas SPP. Meski iba, namun aku memutuskan untuk tidak memberinya. Uang memang ada, namun sikap ini insyaAllah kuyakini sebagai yang terbaik. Pasalnya anak-anak tersebut pernah kudapati meminta kepada tukang fotokopi untuk meng-edit SPPnya tidak jauh dari tempat mereka ’beroperasi’. Akhirnya bukan uang yang mereka dapatkan, namun hanya seulas senyum penolakan dariku.

Seorang ulama di Bandung pernah menceritakan kisah sebagai berikut. Pernah dalam sebuah angkutan umum ada seorang anak meminta-minta kepada para penumpang. Namun hanya beberapa orang yang memberinya uang.

Saat angkot melaju, seorang ibu berkomentar ”anak-anak kayak gitu mah jangan dikasih, ngga ngedidik !”.

Dalam hatinya, sang ulama bergumam ”Ah bu, memang kapan kita ada waktu buat ngedidik mereka ?”

Dari dua ilustrasi diatas, ada benang merah yang dapat kita ambil. Bahwa memang betul kita sebagai seorang muslim dianjurkan untuk bersikap dermawan. Namun, tentu saja sikap tersebut pun harus proporsional. Tidak terlampau membelenggu tangan kita karena kikir, serta tidak pula terlampau mengulurkannya. Mengenai kekikiran, sudah terlalu banyak dalil yang mencela sikap tersebut. Namun bagaimana dengan terlampau dermawan

Rasulullah bersabda : Tidaklah seseorang selalu meminta-minta, melainkan nanti ia berhadapan dengan Allah dengan tiada sepotong dagingpun dimukanya.
Dalam riwayat lain beliau SAW bersabda : Barangsiapa yang meminta-minta untuk memperbanyak kekayaannya, maka tiada lain hanya memperbanyak bara api


Artinya bila kita menyedekahkan harta kita pada orang yang salah, maka hal tersebut bukan malah meringankan penderitaannya. Justru kita harus waspada, karena ada andil kita dalam memperberat hisab orang tersebut di akhirat kelak. Naudzubillah...

Kalau begitu, apa yang harus kita lakukan?

Ada seorang teman yang memiliki solusi yang sederhana mengenai masalah ini. Katanya ”Tidak ada istilah berlebihan dalam bersedekah, namun kitapun tidak dapat memeriksa latar belakang mereka (pengemis) satu-persatu. Kapasitas waktu kita terbatas. Jadi, mengapa kita tidak menitipkannya di lembaga yang jelas-jelas memiliki kapabilitas dalam hal tersebut”

Jika timbul pemikiran ”Ah, lokasinya jauh dari rumah/sekolah saya” Maka yakinilah setiap langkah yang kita jejakkan memiliki nilai tersendiri di sisiNya. Makin jauh, makin banyak catatan yang ditulis dalam kitab amal kita. Dengan satu syarat, ikhlas...

Ah...kapan ya kita akan memulainya?

SAYUR KACANG DENGAN BUMBU CINTA

Aa besok mau shaum ngga ?

Begitulah pertanyaan rutin dari ibuku setiap pekan. Rutinitas tersebut sudah berlangsung cukup lama terutama semenjak aku duduk di bangku SMA dulu. Dan jawabanku pun mudah ditebak ngga ah, besok sibuk takut ngga kuat Betul, bahwa aku seharusnya bangga memiliki ibu dengan akhlaq seperti ini.

Namun, ada sebuah momen yang sangat berkesan. Yang membuat diri ini merasa begitu hina karena kemuliaan akhlaq beliau. Hingga linangan air mata pun harus kututupi dari pandangan beliau karena gengsi diri yang begitu tinggi.

Pernah pada suatu waktu ibuku menanyakan hal serupa, dan entah mengapa dirikupun tergerak untuk melaksanakan ibadah shaum senin-kamis tersebut. Dan pertanyaan tersebut pun dijawab dengan kalimat yang berbeda dengan biasanya “InsyaAllah besok Aa shaum”

Pagi dini hari, sekitar jam 3 akupun terjaga. Setelah menyegarkan diri dengan mencuci muka, akupun bergegas turun ke bawah untuk membangunkan ibuku. Pintu kamarpun kubuka, dan beliau nampak sangat nyenyak tidurnya.

Hmm...aku baru sadar keletihan beliau setelah bekerja seharian di kantor pusat sebuah perusahaan telekomunikasi nasional. Aku baru sadar jika kesibukanku selama ini ternyata sama sekali tidak sebanding dengan beliau. Karena selain bekerja beliau pun harus mengurus kami, anak-anaknya terutama adikku yang masih di bangku SD.

Rasa segan menghinggapi hati, namun karena teringat kesepakatan tadi malam akupun membangunkannya dengan hati-hati. Dengan wajah kusut beliau terbangun dan bertanya Hah, jam berapa a? Setelah kujawab, beliau langsung bergegas keluar kamar dan nampak merasa bersalah Aduh a maaf, lauknya ngga ada apa-apa. Dimasakin dulu ya? Tanyanya

Momen tersebut nampak sederhana, namun menimbulkan kesan mendalam pada hatiku.

Bayangkan, dalam kondisi letih dan baru terjaga dari tidurnya yang pertama diingat bukanlah kepentingan diri beliau. Namun yang diingatnya justru KEPENTINGANKU, beliau lebih khawatir jika aku tidak puas dengan menu sahur pagi itu. Maka dengan penuh rasa bersalah, akupun berpura-pura melihat meja makan dan melihat ada sayur kacang sisa tadi malam disana.

Bu, ngga usah masak. Sayur kacang juga udah cukup kok Setelah dipanaskan di dapur, beliaupun menghidangkannya di meja. Akupun mengambil nasi, lalu menyendok sayur tersebut ke piringku. Kumasukkan sesendok nasi dengan sayur kacang tersebut ke dalam mulutku.

Amis dan sedikit asam rasanya.

Namun tak kupedulikan sedikitpun rasa itu. Kumakan dengan lahap menu sahur pagi itu. Karena aku yakin, sayur kacang ini menggunakan bumbu cinta...

Rasulullah SAW pernah bersabda : Sungguh merugi, sungguh merugi dan hina seseorang yang bersama kedua orangtuanya atau bersama salah seorang diantara keduanya hingga lanjut usia, kemudian ia tidak dapat masuk syurga (HR Muslim)
Maka Imam Nawawy menjelaskan bahwa hadits ini seolah-olah menggambarkan betapa mudahnya seseorang memasuki syurga, asalkan ia masih berbakti kepada orangtuanya dan mendapat do’a serta keridhaan orangtua yang merasa puas kepadanya

Wednesday, July 19, 2006

AKTIFIS PUN (SERING) JATUH CINTA 2

VMJ = Virus Merah Jambu

TBC = Tekanan Batin Cintrong

Ini adalah istilah yang cukup akrab dikalangan aktifis. Wajar, sebab aktifis juga manusia, punya rasa punya hati (rocker kalee..) Maka jika kita memandang mereka sebagai sosok yang agak dingin terhadap wanita, itu salah besar. Bahkan mereka adalah makhluk-makhluk yang sangat mudah jatuh cinta.

Oleh karena sifat itulah mereka justru jadi sangat protektif terhadap lawan jenis, khawatir hatinya berbelok makin jauh. Anggapan mereka, cinta pada lawan jenis hanya halal bila sudah diikat oleh tali pernikahan. Saya punya cerita mengenai VMJ ini.

Ada beberapa teman (ingat! beberapa = tidak banyak) yang dulu sewaktu sama-sama aktif di rohis SMA merupakan pengurus yang militansinya tingkat tinggi. Dan seingat saya, merekalah yang menginspirasi saya untuk memilih tidak berpacaran. Sikap mereka sungguh bersemangat, tidak hanya kepada cowok namun para cewek pun tidak luput dari dakwah mereka.

Sayang, mungkin karena semangatnya tidak dibarengi ilmu maka ada beberapa diantaranya yang justru lengket dengan sang cewek yang didakwahi. Mungkin awalnya cuma curhat biasa, namun begitulah... Ada juga cerita mengenai jalinan hati sesama aktifis.

Maksudnya? Begini, tidak dapat dipungkiri apabila dalam sebuah kepanitiaan atau kerja organisasi sering terjadi komunikasi lintas gender. Dan tidak jarang dalam satu divisi terdiri dari ikhwan maupun akhwat. Awalnya komunikasi dalam lingkup kerja, mulai beralih ke wilayah pribadi. Dan untuk kasus yang ini sih, saya pun pernah mengalami –sering lagi- hehehe...

Pernah ada kejadian yang membuat saya senyam-senyum sendiri. Kisahnya, pada suatu hari (cieh) adik mentor saya curhat dan memperlihatkan sebuah sms dari seorang akhwat. Isinya hadits mengenai 7 golongan yang dinaungi Allah saat penghisaban kelak, yang salah satunya merupakan 2 orang yang saling mencintai, bertemu, dan berpisah karena Allah SWT. Haditsnya tidak salah, namun pemahamannya yang kurang tepat. Karena, maksudnya 2 orang itu ialah sejenis. Alias bukan antara ikhwan dan akhwat gitu loh, waspadalah waspadalah!

Ada juga sebuah hukum tak tertulis yang beken dikalangan para aktifis ikhwan. Yaitu jangan pernah menaruh hati pada akhwat seangkatan, karena mereka bagiannya para alumni. (Punten ya akhwat kalo salah) Begini, temen saya pernah ngasi tau bahwa akhwat itu kalo diajak rapat suka susah. Alasan mereka biasanya 9A yaitu afwan akhi ana ada amanah ama akang-akang alumni. Hehehe...peace ah!

Darimana datangnya lintah
Dari sawah turun ke hati
Darimana datangnya cinta
Dari mata turun ke hati

Seorang penyair mengatakan bahwa semua orang ingin sembuh dari sakitnya, kecuali mereka yang didera penyakit cinta. Betul banget! Jadi, bagi teman-teman kita yang merupakan aktifis tingkat tinggi nih, saat mereka mulai didera VMJ justru ibadahnya makin naik. Baik tilawah, shaum, tahajjud, dan amalan2 lain yang mendatangkan cintaNYa.

Karena mereka khawatir Allah cemburu saat kita lebih mencintai makhluk daripada yang menciptakan makhluk itu. Kan teorinya mah saat kita kagum akan sesuatu, maka harusnya lebih kagum lagi sama yang nyiptainnya betul !?

Kalo aktifis amatiran kayak kita mah biasanya makin sering ngelamun, menerawang kayak tim pemburu hantu. Membayangkan saat si dia bersanding pas pelaminan kelak. Tutur katanya berubah jadi makin sentimentil (alah...). Bacaan favoritnya ialah buku Di Jalan Dakwah Aku Menikah. Nasyid2nya bukan lagi bertema perjuangan, namun nasyid romantis.

Wooooi....sadar!!!!

Masih banyak yang perlu dibereskan bung! Masih banyak yang butuh perhatian kita! Itu bukan cinta sejati, itu mah kekaguman sesaat. Kalo emang bener kita cinta, tiap abis sholat suka ngedo’ain dia ngga? Kalo bener itu cinta sejati, pasti ngga pernah lupa kita doakan tiap abis sholat seperti doa kita pada kedua orang tua dan adik kakak. Kalo jarang –atau ngga pernah- artinya rasa ini bukan dari hati yang murni namun dari hawa nafsu.

Udah siap ngelamar gitu?
Belum kan...

Sebagai penutup, ada sebuah nasihat dari imam kita Rasulullah SAW.

Wahai para pemuda jika kamu telah sanggup untuk menikah maka menikahlah. Karena itu akan menjaga kehormatanmu. Kalau belum mampu maka tundukanlah pandanganmu dan shaumlah karena itu adalah benteng bagimu (HR Hakim)

Tuesday, July 18, 2006

AKTIFIS PUN (SERING) JATUH CINTA 1

Ah dia sih orangnya dingin banget sama cewek...

Mungkin sahabat pernah memberi cap seperti itu bagi teman kita yang dikenal sebagai aktifis islam di kelas. Tidak heran, karena biasanya spesies kayak gini -kejam banget istilahnya- karakternya kalem, bicara seperlunya, ramah dan enak diajak ngobrol TAPI...khusus karakter yang terakhir ini hanya bagi sesama gender.

Sekarang cerita pengalaman aja ok! Saya (mungkin) hingga sekarang termasuk seseorang yang diberi merek seperti itu. Kaku sama cewek, jutek lah, dsb. And its ok because i have a strong reason. Karakter seperti ini sebenarnya diawali saat masih bercelana merah dahulu, alias SD.

Kenapa? Karena ngga tau kenapa -mungkin karena cewek perasaannya lebih dominan- setiap saya merasa nyaman berteman dengan seorang cewek eh...dianya malahan minta lebih, alias pacaran...

Sampai-sampai dulu pernah saat study tour ke DUFAN pas kelas 6 SD, saya diseret seorang cewek yang dituakan di kelas kami -biasanya di tiap kelas suka ada yang di-ibu-kan karena kedewasaannya- saya dibawa ke depan wahana rama-shinta.

And guess what?

Udah ada seorang temen deket saya yang nunggu dengan malu (tapi mau) disana. Dan saya pun ditembak, dor! Stress, sedikit marah karena merasa pertemanan yang ternodai (apa coba), dan bingung harus ngapain, karena tuh cewek segera minta jawaban. Dan saya pun melakukan hal paling memalukan -sampai2 sekarang aja masih kebayang- dalam hidup, yaitu nangis sesenggukan disamping tuh cewek. Yes! Sebuah kepengecutan yang luarbiasa, seorang pria menangis karena ditembak seorang cewek. Silakan tertawa sepuasnya

Dan episode kehidupan pun terus berjalan, namun polanya terus berulang. Bila saya dekat dengan seorang cewek -apakah itu dalam kelompok belajar, kepanitiaan, organisasi, dsb- maka selalu aja virus merah jambu datang mendera. Insting ini pun berbicara 'hati-hati bung, pertemanan ini mulai terlalu jauh' Dan ini bukan suudzan/buruk sangka. Karena saya mengalaminya berkali-kali, sering pisan.

Tapi inget, saya ga pake pelet atau apapun yang ada di dunia perdukunan. Bila timbul komentar 'kalo emang cocok kenapa ga jadian aja?' Jawabannya awalnya (fase SD-SMP) adalah
1. karena saya belum merasa perlu untuk pacaran
2. karena saya tidak suka cewek agresif
3. karena saya terlalu takut untuk nembak duluan.

Jadi aja semua kecengan saya pas fase itu disapu bersih -hehehe istilahnya maut- sama orang lain. Pedih...pedih...melihat yang dipuja bergandengan dengan cowok lain.

Tapi alhamdulillah
Pas fase SMA hidayah datang menyapa.
Saya jadi tau kalo konsep pacaran itu sama dengan mendekati zina (lihat Al Isra : 32).

Dan godaan pun datang lagi as usual.

Ada gosip -digosok makin sip!- bahwa salah satu member 'most wanted girls at school' naksir sama saya. Wah, siapa yang ngga dagdigdug dapet kabar kayak gini. Dan ternyata tebak!? Itu bukan gosip, tapi kenyataan karena si cewek menunjukkan perhatian yang sedikit 'spesial' buat saya. Ngga akan disebutin di sini ah, bisi yang baca cemburu hehehe...

Allah masih menyelamatkan saya, namun setahun kemudian 14 februari menghampiri dan ada kiriman mawar merah tanpa nama dari OSIS.

Mulai bimbang, dan ngga tau harus bersikap apa. Ada yang menyarankan kasih pesen aja ke OSIS, biar yang ngirim mawar ini ketemuan sama kamu buat didakwahin. Tapi ah, saya merasa belum bisa untuk menasehati wanita ini dengan tutur kata yang bijak. Khawatir dianya kecewa, menangis, dan (kemungkinan terburuk...atau terbaik hehehe) menyerbu untuk memeluk saya. Serem kan!?

Maka lagi-lagi hal konyol pun dilakukan, tidak saya selidiki siapa yang ngirim karena saya anggap kurang prioritas. Namun, karena saya ingin tetap menghargai perhatian yang pengirim. Saya berniat menanam mawar tersebut di taman samping rumah. Inilah yang konyol, saya ngga mikir kalo tuh mawar ngga ada akarnya. Terang aja besoknya udah peot... Jangan tahan rasa geli di perut anda, luapkan saja!

Gimana pas kuliah? Ngga jauh beda, ada yang minta curhat trus rajin sms-an yang isinya agak mengundang. Ada juga yang sekelompok belajar, ada juga yang sekepanitiaan, dan akhirnya gitu deh. Nah, mudah-mudahan sahabat udah ada sedikit gambaran kenapa karakter 'dingin' terhadap lawan jenis menjadi muncul. Jadi saya (selaku aktivis amatiran) ingin menjaga diri terutama dari hubungan yang berlebihan, apapun namanya.

Apakah aktivis boleh naksir?
Kenapa pacaran disebut mendekati zina?
Kalo penasaran, tunggu sambungannya ok!

Sunday, July 16, 2006

sekeping pengantar


Target! Nulis satu artikel dalam sebulan...

Kira-kira itulah yang terpampang di dinding kamar saya bersama berbagai list target tahunan lainnya. Ceritanya, pas taun baru kemaren saya niat mau bikin impian untuk tahun 2006 ini. Setelah merenung selama beberapa jam di kasur -hehehe- akhirnya jadi juga tuh, alhamdulillah. Rencananya sih, tanggal 3 juni -pas hari lahir- list impian itu mau saya evaluasi. Apakah udah terlaksana, dalam proses, atau baru teori alian sama sekali belum dipraktekin.

Nah, akhirnya 3 juni pun datang. Dan tebak -seperti umumnya bangsa indonesia hehehe- banyak diantara list tersebut yang nihil, gaya doang dipampang di dinding kamar. Maka dari itu saya buat deh blog ini, itung-itung latihan jadi penulis lepas. Lagian, kalo blog mah cakupannya lebih mantap dari media cetak betul !?

Maka, "aktifis amatiran" pun saya pilih menjadi merek dagang. Kunaon alias mengapa? Karena terlalu banyak ide, gagasan, kritik, dan komentar dalam benak saya yang masih jauh dari amal. Jadi, ngga apa-apa kalo misalnya setelah baca blog ini terfikir dalam benak anda "ah, orang ini mah ngomong doang. Idealisme tanpa aplikasi !!! Lu mah aktifis amatiran" Alhamdulillah...


Berarti harapan saya tercapai euy! Ya..mudah-mudahan aja setelah baca tulisan yang ada disini ada yang terinspirasi dan berlanjut dengan praktek nyata. Trus, nular ke temennya, trus ke temennya lagi. Akhirnya, lumayan juga kan saya jadi kesindir buat ngamalin dan semoga nambah deposit saya di catatan kebaikan hehehe... Oya, rencananya isi blog ini mah yang ringan-ringan aja


Satu lagi, tulisan ini dibuat dari sudut pandang seorang pemuda yang pernah mencicipi idealisme bangku kuliah, pernah menjadi aktifis di beberapa organisasi islam, pernah menikmati dunia bisnis di usia belia, dan pernah jatuh cinta pada banyak mahkluk illahi, cieh...ga penting


Terimakasih udah mau mampir
Bismillahirrahmanirrahim...pita digunting
dan resmilah blog ini saya buka untuk anda