Sunday, October 29, 2006

JANGAN BERHARAP MOMENTUM 1

Masih terbayang, saat dulu aktif sebagai pengurus di organsisasi kemahasiswaan bernuansa keislaman. Memegang amanah kepengurusan memang luarbiasa berat. Khususnya dalam menyikapi gradien antara idealisme dan realitas. Kuliah di sebuah kampus yang masih berusia muda *bahkan orang Bandung pun masih awam* dengan aktifitas kemahasiswaan yang notabene masih pasif tentu menimbulkan kegelisahan tersendiri. Pasif dalam artian dilingkupi oleh mahasiswa yang apatis terhadap lingkungan non akademis.

Selain aspek tersebut, kegelisahan ini muncul karena saya cukup sering *hampir tiap hari* menghabiskan waktu di sebuah kampus berusia lanjut di tengah kota Bandung. Yang notabene spanduk, baligo, dan publikasi lain mengenai even-even kampus sangat bertebaran disana. Dan dalam lingkup aktifitas dakwah kampus, tentu kesenjangannya amat jauh dengan kampus saya.

Ramainya masjid sebagai pusat aktifitas dengan mudah kita temukan disana. Mahasiswa baru dengan pemahaman keislaman yang cukup mendalam juga mudah kita dapati, apalagi akhwat *ehem* berjilbab lebar yang bertebaran disana. Dan di kampus saya, yah sebagaimana anak muda pada umumnya lah.

Nah, bisa kebayang kan gimana stresnya saat saya hidup hampir tiap hari di dunia penuh idealisme, sementara saat ke kampus realitas yang berkebalikan sudah menanti. Maka tidak heran selama dua tahun aktif sebagai pengurus, stres ini begitu tinggi. Apalagi saat melihat SEGELINTIR pengurus yang asyik-asyik aja ngerokok, pacaran, etc *ampyun deh*. Padahal ceritanya mereka itu adalah aktifis organisasi ISLAM, sekali lagi, ISLAM, bukan organisasi biasa. Dan disini kita bicaranya tidak hanya dalam lingkup halal/haram. Tapi sudah beranjak ke lingkup pantas/tidak.

Untuk mempermudah, kita ambil ilustrasi. Jika ada pertanyaan, bolehkah kita makan baso sambil jongkok di pinggir jalan? Jelas boleh karena kita mah rakyat biasa *mau di jongkok di tengah jalan aja ngga ada yg peduli*. Nah sekarang saat yang jongkok itu Pak SBY, boleh? Ya boleh-boleh aja. Tapi TIDAK PANTAS, betul !?

Ok kita lanjutkan, dalam kondisi penuh tekanan seperti itu, tidak jarang perasaan putus asa menghampiri. Sering muncul bisikan seperti: Udah lah, ngga usah muluk-muluk, segini juga udah cukup ATAU biarin aja, ngga usah capek-capek berkorban, kan pengurus yang lain juga usahanya cuma segitu-gitu aja. Namun alhamdulillah, saya ngga sampai KO ditengah jalan, walaupun emang sering down.

Tapi itu dulu, sekarang pikiran ini sudah tercerahkan karena sebuah momen. Yaitu saat kami para alumni diundang untuk menginap saat malam ramadhan di kampus oleh adik-adik pengurus. Acaranya standar lah, ceramah plus silaturahmi dan makan-makan. Tapi yang bikin ingin nangis itu pas subuhnya. Eng ing eng

No comments: