Saturday, August 11, 2007

SEDANG DALAM PROSES PINDAHAN

insyaAllah dalam sepekan kedepan
blog ini akan saya pindahkan
klik aja disini, dan anda akan tahu alasannya

kalo ada yang nge-link
jika tidak keberatan
silakan diganti alamatnya
tapi mau dihapus juga da ngga pa pa, kalem aja

Thursday, July 26, 2007

TIGA GURU BARU

Wah, senangnya :)
Dalam beberapa hari belakangan saya baru menyadari, bahwa kalau kita mau mendengarkan sebentaaar saja, banyak sekali cerita dan inspirasi dari manusia di depan mata. Guru kehidupan *cieeh*

Ternyata, kita cuma perlu menyapa, tersenyum, dan membiarkan semuanya mengalir dengan kalimat pemancing "terus gimana lanjutannya, oh begitu ya..." sambil sedikit menganggukan kepala.

Ya, cuma itu caranya.
Tapi mungkin terkadang, kitalah yang sok sibuk
Terburu, tergesa, dan basa-basi seketika

Ada tiga guru yang mau saya ceritakan saat ini
Pertama, adik mentor saya yang terisak-isak saat kami bergantian membaca surat Al Haqqah. Saya pun jadi salah tingkah. Kenapa ? Karena fokus kami bukan pada tafsir ayat, melainkan tajwid. Dan suasananya pun cenderung santai.

Tapi kok dia bisa ya kayak gitu ? Jadi mikir, siapa yang guru, siapa yang murid. Saat itu saya jadi keingetan, bahwa salah satu ciri adanya iman pada hati kita itu, adalah bergetarnya jiwa saat ayat Allah dibacakan. Duh..pengen ya Allah

Kedua, bapak-bapak penjaga masjid di divlat telkom bandung utara. Yang nyerita, bahwa hanya dengan gaji Rp.400.000 di tahun 84 hingga saat ini naik jadi Rp.800.000, dia bisa nyekolahin keempat anaknya.

Kuncinya mah cuma satu, katanya, cukup bersyukur dengan apa yang Allah beri. Sebagai bukti ya, dari dulu belum pernah sehari pun perut bapak ngga diisi. Ngga pernah kelaperan. Alhamdulillah, alhamdulillah, katanya berulang-ulang.

Ketiga, akang penjual aksesoris metal buat cowok, itu tuh, yang biasa mangkal di depan departement store. Yang jualannya ikat pinggang berduri, rantai, dan sebagainya. Saya tertarik sama si akang ini karena kalo waktu sholat, dia yang suka adzan di musholla.

Nah, ternyata dia nyerita, Gah dalam bisnis itu yang penting berkahnya, bukan duitnya. Dan pengalaman akang, yang namanya duit dari bank itu ngga bakalan bikin bisnis nyaman. Riba, katanya. Dan Gah, kenapa coba saya seneng bisnis jualan barang kayak gini ? Karena dengan bisnis ini, temen-temen saya yang asalnya tukang mabok, jadi sibuk produksi barang dagangan. Bahkan jadi makin deket ke Masjid, alias jadi pada rajin solat.

Nah, yang paling bikin saya terkesan adalah saat si akang berkata. Gah, ada diantara temen saya yang asalnya kecanduan heroin, sekarang malah kecanduan shaum senin-kamis. Kalo dalam sepekan ngga shaum, katanya, rasanya kayak sakaw. Subhanallah...

Sahabatku tercinta *ehm ehm * terbukti kan, hanya dengan memperlambat dunia kita sejenak, ternyata banyak hikmah bertebaran bahkan di depan mata kita. Nah, demikian laporan dari detektif Agah, semoga bisa jadi bekal dalam beramal setelah anda baca postingan ini ;)

NB :
1. Terimakasih kepada deen yang membelokkan kekaguman saya, bahwa muslimah pun ada yang tidak kalah inspiratif nya dibanding gadis jepang yang ngga jelas

2. Juga kepada syam dan adilla yang isi blognya banyak bermuatan kata-kata puitis, saya jadi ketularan deh :D

Saturday, July 21, 2007

INSPIRASI SENJA HARI INI

ada orang yang bahkan telinganya tak bisa mendengar
namun ia membuat manusia di sekitarnya mendengar panggilan Allah

ada orang yang bahkan matanya tak bisa melihat
namun ia bisa membuat manusia di sekitarnya melihat keagungan Allah

ada orang yang bahkan mulutnya tak bisa berkata
namun ia membuat manusia di sekitarnya bertasbih menyebut nama Allah

ada orang yang bahkan kakinya tidak bisa berjalan
namun ia membuat manusia di sekitarnya berlari mendekat pada Allah

mengapa kita cuma kagum
mengapa kita cuma terpana
sudah bukan saatnya lagi berdiam diri
mengapa tidak kita saja yang jadi inspirasi !?

NB :
1. Inspired by last episode of this girl
2. Terimakasih buat sang astronom atas perhatiannya pada saya di tulisan kemaren :P

Thursday, July 19, 2007

AH (TERNYATA) SEMUANYA CUMA PERASAAN AJA

Assalamu'alaikum, senyum dulu ah :) hehehe...
Maaf kalau ngga penting, tapi inilah hikmah yang saya dapet dalam sepekan ini.
Bahwa feel positive is more important than think positive
Karena biasanya berfikir positif itu suka menyalahi perasaan kita sebenarnya
SEMANGAT, DAHSYAT, LUARBIASA, padahal dalam hati mah, nol besar!
Memang sih kemaren-kemaren saya lagi rada resah gelisah. Tapi alhamdulillah, asal dijalani sambil minta terus menerus agar ditolong Allah, akhirnya perasaan jadi tenang lagi. Karena ternyata,

Yang namanya SIBUK itu cuman perasaan aja.

Aslinya mah, ngga ada yang berubah sama diri kita. Ngga ada yang berubah sama aktivitas dan kerjaan-kerjaan kita. Ya, gitu-gitu aja, ngga nambah, ngga ngurangin. Itu mah memang perasaan/hati kitanya aja yang lagi lemah.

Kemaren emang saya merasa banyak sekali kerjaan yang ngga beres-beres, numpuk dan seolah terus berteriak-teriak

"Agah, aku kapan diselesaikannya"
"Agah, aku kok ditunda-tunda"
"Agah, agah, agah...tidaaaaaaaaakk !!!! " (hiperbolis banget ;)

Ternyata kita cuma perlu berhenti sejenak, sekitar 5-10 menit sambil berkata dalam hati

Alhamdulillah ya Allah, terimakasih atas nikmat ini, dan
tolong bantu saya agar tetap dekat denganMU

Dan hasilnya, BERES DEH !
Ah..kok hari ini saya bahagia sekali ya
Mungkin karena punya temen-temen kayak anda yang ganteng dan cantik ya ;P
Makan kue kering dulu ah

NB :
1. Salah satu buku yang sangat mempengaruhi diri saya dalam tulisan ini adalah Quantum Ikhlas. Bagi yang seneng buku-buku pengembangan diri dengan nuansa teknologi modern dan sentuhan spiritual, saya sarankan buat baca ini buku. Bener-bener keren!

2. Terimakasih kepada temen-temen yang menyemangati saya buat terus menulis khususnya buat para pembaca yang misterius *siapa coba* dan kang donny, teh deen, juga teh soeltra. Memang, kemaren-kemaren itu saya lagi "merasa" jadi pecundang. Tapi da sekarang mah udah sembuh.

3. Oya, dulu kan pernah pake webcounter, tapi saya hapus ah. Soalnya malahan jadi seolah-olah meng-artis-kan blog ini. Males banget kan...Walaupun demikian, dari dulu di footer udah saya pasang google analytics kok. Buat ngeliat darimana aja pengunjung yang dateng.
4. Tentang feel positive, bisa juga baca reviewnya di sini
5. Akhir-akhir ini ada suasana berbahaya di rumah saya, saya mau dijodohin, GAWAT ! Tapi ah, feel positive aja, dan belum tentu jodoh, siapa tau ortu cuman maen-maen :D

Saturday, July 14, 2007

PELAJARAN 3 PEKAN

Alhamdulillah, selama 3 pekan kebelakang saya mendapatkan pelajaran penting. Khususnya tentang persahabatan. Hampir aja saya membuat keputusan terkonyol dalam hidup. Untung Allah masih menyelamatkan diriku
Berikut hikmah yang saya dapet...
1. Kalau omongan sahabat anda membuat anda sakit hati, biasanya dia bener
2. Umumnya, anda sakit hati karena gengsi, sombong, dan meremehkan dia
3. Jika anda marah, dendam, dan bermusuhan, anda memiliki sahabat baru, yaitu setan
4. Jangan pernah lepaskan sahabat, yang begitu anda bertemu dengannya, anda jadi inget Allah
Khusus nomer 4, penting pisan !
Karena jarang loh kita punya sahabat yang ginian.
Eh ngomong-ngomong, dari tulisan-tulisan di blog ini, ada yang bikin kalian inget ke Allah ngga? Soalnya saya akhir-akhir ini mulai mikir-mikir buat nutup ini blog.
NB : Saya kemaren-kemaren ketemu sama salah seorang manusia gerimis loh, dia adalah seseorang yang berhasil menularkan virus "mengunjungi & mendampingi saudara yang sakit". Sebagai dampaknya, saya sudah mulai dikit-dikit merasa ringan untuk menjenguk bahkan nugguin kalau ada saudara/temen yang dirawat di rumah sakit. Subhanallah ya, amal jariyah buat si dia...

Thursday, July 05, 2007

MANUSIA GERIMIS

Tiba-tiba saja, selepas shubuh tadi saya teringat lagi momen beberapa tahun yang lalu. Momen itu adalah rasa syukur karena Allah sangat sering memperkenalkan saya kepada manusia gerimis. Anda boleh menyebutnya sang pelopor, inisiator.

Tapi, saya lebih senang menyebutnya manusia gerimis. Seseorang yang saya anggap seperti gerimis, sebuah rintik yang mengawali turunnya hujan, turunnya rahmat Allah pada seluruh makhlukNya.

Baru beberapa tahun lalu, gempa di Yogya berlalu. Dan saya dengan jelas masih dapat mengingat saat di shubuh hari, saat nyawa kita baru kembali ke jasadnya, HP saya bergetar, meminta untuk dilihat

Gah, kita bikin dompet peduli gempa yuk!” Begitulah isi pesan tersebut

Nothing special with it, dan saya yakin andapun tidak merasakan keistimewaan dari sis pesan tersebut. Tapi, baru beberapa menit kemudianlah saya dapat merasakan sebuah semangat kepedulian, semangat yang meluap-luap dari sang pengirim pesan tersebut.

Mengapa ? Karena saya berpikir, SMS inilah yang akan mengawali penggalangan dana besar-besaran di kampus pada hari itu, juga pengiriman bantuan langsung ke lokasi beberapa pekan setelahnya.

Sebuah SMS dari manusia gerimis, remeh, namun menjadi awal sesuatu yang massive!

Itulah kawan, gerakan hati untuk bersimpati amatlah mudah. Saya yakin itu, karena mungkin hampir semua kita saat sebuah musibah melanda di penjuru bumi sana, langsung tergerak hatinya untuk bersimpati. Tapi untuk beramal ? Seribu pertimbangan berkelebat, apalagi bila amal tersebut melibatkan curahan waktu dan tenaga yang notabene BUKAN rutinitas hidup kita.

Saya yakin, manusia gerimis selalu ada, dia bahkan sangat sering ada di depan mata kita.
Tapi kawan, bukankah lebih baik dia adalah kita !?

NB :
1. Terimakasih kepada kang donny, kang agung, teh deen, kang madrid, teh audrey, dan teh pury atas perhatian dan tanggapannya di tulisan sebelumnya. Oya saya orang sunda, jadi lebih nyaman dipanggil akang daripada mas, apalagi om...

2. Saya mencoba menyederhanakan blog ini berdasarkan tulisan berikut, mudah-mudahan no hurts feeling ok! Gitu aja kok repot, hehehe...

Sunday, June 24, 2007

HAMPIR MATI TIAP HARI

Baru kemarin-kemarin adik saya mengabarkan
Aa, tau ngga tadi dosen teteh meninggal loh
Lagi naik motor, mau nyusul, kehilangan keseimbangan, dan terjadilah.
Dan yang bikin miris a,
Temen teteh baru tadi malemnya nge-sms beliau buat perwalian siang ini.

Begitulah malaikat maut, kehadirannya begitu misterius, tak pernah peduli kita siap atau tidak
Saya mencoba mengingat, kapan saja nyawa saya hampir terlepas
1. Saat balita, hampir tiap bulan saya masuk rumah sakit. Demam, muntaber, dan sebagainya. Alokasi uang gaji orangtua saya sebagain besar mengalir kesana. Bahkan kata orangtua, ibu saya sampai mengemis-ngemis pada atasannya agar diizinkan cuti, sehubungan bapak saya pun tiap hari harus bekerja.

2. Saat TK, saya tenggelam di sebuah pusaran sungai di Bandar Lampung karena didorong sepupu saya. Beruntung paman dengan sigap menarik saya yang hanya tinggal terlihat tangannya. Dan yang masih saya ingat, perasaan saya sangat lapang dan tenang saat di dalam air, mungkin karena hampir meninggal dalam kondisi belum punya catatan amal.

3. Saat SD, jatuh dari lantai 2 rumah nenek karena menginjak triplek yang saya kira adalah ubin. Beberapa jahitan mampir di kepala saya. Saya juga pernah (walau kurang elit) ditabrak oleh becak yang lagi ngebut. Masuk rumah sakit, tapi alhamdulillah ngga apa-apa.

4. Saat SMP, berbulan-bulan diopname karena hepatitis. Penyebabnya konyol, sepakbola di lapangan besar setiap hari selama bulan ramadhan, dan langsung mandi dalam kondisi berkeringat. Jelas badan ambruk. Saya dilarang olahraga selama setahun. Yang menyebabkan skill saya di berbagai cabang olahraga (cieh) menghilang.

5. Saat SMA, dan hingga sekarang saya belum tahu penyebabnya. Badan saya tiba-tiba tidak bisa menyerap air. Minum, langsung keluar. Makan, langsung keluar. Hingga saya kehilangan kesadaran. Dan kata dokter di ICU, secara medis hidup saya tinggal beberapa jam lagi bila terlambat dibawa ke rumah sakit.

6. Saat kuliah, jatuh di sebuah air terjun di Bali saat sedang arung jeram. Alhamdulillah jatuhnya pas ke perahunya lagi, walaupun menimpa dua orang bule dari Rusia yang nampak sangat shock. Saya pun pernah jatuh dari ketinggian ratusan meter ke bawah laut saat bermain parasailing. Penyebabnya, sang instruktur hanya memasang sebelah tali parasut saya, sehingga saya mati-matian memegang tali dengan kedua tangan di atas langit sampai akhirnya pasrah dan menjatuhkan diri.

Alhamdulillah sahabat, sampai sekarang saya masih hidup dan sehat wal afiyat.
Namun, saya teringat tentang beberapa pekan sebelumnya

HP saya bergetar, sobat SMA saya nelepon, tumben
Dengan nada ramah dan antusias saya angkat HPnya
Ternyata, kabar tak terduga yang mau ia sampaikan
Gah, Anggara meninggal, beliau ditabrak di gerbang kampusnya

Anggara, sobat seperjuangan yang suka menginap di rumah saya menjelang SPMB
Rival sejati saya dalam badminton, kami pernah berkeliling berdua mencari GOR hingga sore
Demi menuntaskan duel ini
Humoris, dan sangat ramah pada temannya
Satu-satunya sobat yang memanggil saya dengan nama lengkap, Anugerah
Saat ke rumahnya, ternyata beliau baru sekitar sebulan menikah
Begitulah takdir

Maka sahabat, saya cuma ingin berpesan sebagai sesama muslim
Berdoalah tiap hendak bepergian
Berdzikirlah setiap kita berkendaraan
Karena siapa yang tahu jika kita meninggal di jalan

Bebas, silakan cari yang termudah
Kita bisa mendengar ceramah/tilawah dari iPOD
Atau membaca hafalan Quran yang ayatnya sudah kita hafal
Bisa juga subhanallah, alhamdulillah, allahu akbar
Atau bahkan istigfar karena pandangan mata suka kemana-mana ;)

Amalkan ya, insyaAllah ringan kok
Kalo memang takdirnya kita meninggal, insyaAllah husnul khatimah
Kalo memang takdirnya belum, kita bisa makin deket sama Allah
Seneng kan...


NB : Terimakasih kepada kang donny, pak laksono, teh deen, teh fathy, teh ratna, teh nuni, teh umi, kang hasan, kang awan, dan kang edwards atas perhatian dan tanggapannya di tulisan sebelumnya ya ! Juga atas do'a miladnya, terharu euy

Sunday, June 03, 2007

SEBEGINI DAHSYATKAH SEDEKAH !?

Sebelumnya, saya ingin berterimakasih kepada kang ilham, teh rachma, teh nuni, dan kang awan atas tanggapannya pada tulisan terdahulu (Anggapan yang Membius)
Sahabatku tercinta, kemaren baru aja saya mengalami apa yang banyak dikatakan oleh para ulama kita. Bahwa Allah itu Maha Kaya, bahkan saking kaya-nya, balasan akan amal kita pun tidak hanya dibalas berjuta kali lipat di akhirat, tapi juga di dunia.
Ini mah mudah-mudahan bisa jadi inspirasi ya,
Jadi begini nih, beberapa hari yang lalu saya sedekah. Misalnya Rp.100 aja. Nah (walaupun sebenernya kurang baik juga sih) dalam hati saya bergumam “Ingin nyoba ah, katanya kalo kita sedekah, biasanya rizki kita dipermudah”
Apa yang terjadi? Ternyata hari itu tidak ada yang terjadi hehehe...Tapi, ternyata eh ternyata, besoknya ada SMS, yg isinya kurang lebih kayak gini “Agah, siap-siap 3 pekan lagi kita serah terima tempat fotocopy” *HAH*
Jadi ceritanya, kan kantor saya yang super imut ukurannya tuh numpang di sebelah tukang fotocopy. Sehubungan denger-denger bisnis fotocopy tersebut kurang terkelola dengan baik dan pemiliknya sudah sepuh, saya coba-coba ajukan deh ke ownernya. “Biar aja kami yang ngelola, kami setor sekian ke bapak perbulannya, tapi sewa tempat gratis”
Sebenarnya ngga terlalu ngejar banget sih, tapi ternyata Allah yang membolak-balikkan hati. Dengan mudahnya Allah menggerakkan jempol si bapak buat ngirim SMS yang tadi ke kami. Alhamdulillah, ini baru yang pertama.
Yang kedua, solat malam dirikanlah, eh…
Kalo yang kedua adalah besok lusanya. Jadi, secara *cieh* saya kan lagi nyari-nyari laptop nih. Hasil survey ke temen-temen mah kalo yg murah tapi lengkap fiturnya yaitu Axioo dan Acer. Tapi kurang tahan lama. Saya pikir, masalah barang mahal kayak gini mah harus yang tahan lama, karena saya beli bukan buat dijual lagi.
Tanya kesana kemari, yang ok tuh Dell, Sony Vaio, dan Toshiba. Karena dua merek yang awal mayoritas diatas 8 jutaan dan bugdet saya ngga cukup, akhirnya fokus deh di Toshiba (TOs HIdeung BAu, Sunda Translation : Udah Item Bau Lagi). Udah nyari-nyari, ketemu yang harganya $ 869 dan saat itu kurs Rp.8900. Jadi sekitar Rp 7.734.100 lah.
Keliling-keliling di toko sama sobat, eh rata-rata Rp.7.750.000. Masih kemahalan. Karena udah adzan maghrib, solat dulu aja ke masjid deket mall kami teh. Lalu abis solat, sobat saya ngajakin ”Gah, kita nyoba ke pameran yu!” Ya karena masih penasaran, saya hayu aja.

Di pameran, mendekati sebuah stan, dan menanyakan harga

Wah ternyata yang ini mah $869 x Rp.8800 = Rp. 7.647.200. Lebih murah euy! Ternyata ngga selesai sampai di situ, si Mbak ngambil kalkulator dan menyorongkan sebuah angka dengan kurs Rp 7.560.300, dipas-in jadi Rp.7.550.000 masih ditambah optical mouse.
Dan dalam sepersekian detik tiba-tiba si Mbak nampak salah tingkah, dan berkata ”Eh, salah!” Karena kami selaku konsumen berjiwa buas hehehe... kami tagih lagi apa yang dia ucapkan barusan. Dan akhirnya transaksi penghematan besar-besaran kami dapatkan.
Alhamdulillah, Ya Allah, Engkaulah yang membolak-balikkan hati si Mbak, Engkaulah yang membuat si Mbak salah ucap sehingga memberi kami harga grosir. Nuhun pisan ya Allah...
Nah begitulah sahabat, saya pun sekarang makin yakin kalo efek sedekah itu luar biasa, sampai-sampai di dunia pun dibalas kontan. Mudah-mudahan di akhiran lebih berlipat lagi . Amien...
NB : Hari ini, 22 tahun yang lalu, ada sepasang suami istri yang super stress menanti kelahiran si jabang bayi yang sulit keluar. Dari malem udah pembukaan, baru brojol pas adzan dzuhur besoknya. Dan bayi kurang ajar itu adalah saya, peace!!

Thursday, May 31, 2007

ANGGAPAN YANG MEMBIUS

Sebelumnya, saya ingin berterimakasih kepada mas agung dan mama rafi atas tanggapannya pada tulisan terdahulu (Siapa yang anda ajak 2)

Ada yang pernah ikut reuni? Bareng temen se-SD, SMP, SMA, atau organisasi dimana kita dulu pernah gabung disana? Saya yakin kita semua pernah, minimal pas ngumpul bulan ramadhan. Nah biasaya pas pertemuan kayak gitu suka ada temen kita yang jadi pusat perhatian. Nah, kemaren-kemaren saya pertama kalinya dalam hidup mengalami hal tersebut.

Saya yang asalnya nobody, mendadak dangdut, eh, mendadak dianggap makhluk sukses HANYA karena profilnya pernah dimuat sebuah media regional sebagai mahasiswa yang memulai bisnis sambil kuliah.

Dianggapnya saya udah bisa mandiri secara finansial dan banyak duit (Amien). Dianggapnya saya udah jago dalam seluk beluk dunia persilatan, eh, perbisnisan (Amien). Dan parahnya, mereka menganggap ”kantor” dimana saya ngontrak adalah sebuah tempat yang mentereng dan diisi oleh banyak pegawai (Amien). Hidup pak Amien, lho !?

Ok lanjut, nah, jelas aja saya serba salah dong,
Dibilang seneng, iya...da hati mah ngga bisa dibo’ongin
Dibilang malu, iya banget... da kenyataannya jauh pisan

Mungkin emang gitu kali ya tabiat segelintir *saya tidak mau meng-generalisir* masyarakat kita. Bener-bener menilai orang SEPENUHNYA dari tampilan luar.

Padahal aslinya, kuliah masih dibayarin mami papi, cieh mami papi gitu loh!
Usaha belum ada izin resmi, masih underground
Pencatatan keuangan masih di buku sinar dunia, belum pake software
Ukuran kantor cuma sekitar 3 meter persegi, dibatesin lakban item
Itupun numpang di sebelahnya tukang fotokopi
Meja satu, kursi tiga, lemari satu, cuma itu inventarisnya
Pendapatan? Masih gedean pengajar daripada saya, jauh

Dimuat di koran pun bener-bener bukan sesuatu yang saya ikhtiarkan. Ceritanya saya pernah bikin sebuah pelatihan dasar tentang keislaman. Ternyata salah seorang pesertanya adalah wartawan muda. Selepas pelatihan tersebut, kami jadi sering ketemu bareng di pengajian. Sampai pernah itikaf bareng. Akhirnya ditawarin deh buat diwawancara. Masa nolak...Nah, gitu prosesnya, bener-bener Allah yang ngatur itu mah. Bukan karena prestasi saya.

Tapi harus diakui, diantara harta tahta wanita, kelemahan saya ada di tahta. Makanya saya bersyukur masih Allah kasih temen dan sobat deket yang JAUUUH lebih prestatif dari saya. Mau akademisnya, mau kepemimpinannya, mau kesolehannya, mau kegantengannya *Plis dong*

Selain itu saya bersyukur karena tiap Kamis bada Isya di 102.7 FM, Aa Gym terus istiqomah selama sekitar duapuluhan tahun ngisi kajian ma’rifatullah. Luar biasa ya, bisa istiqomah duapuluh tahun walau badai fitnah terus menghadang. Subhanallah...

Salah satu esensi dari tausiyah beliau yang pekan kemaren menurut saya adalah bahwa

ANGGAPAN ORANG LAIN ITU SAMA SEKALI TIDAK MENAMBAH MAUPUN MENGURANGI KEMULIAAN KITA

Intinya mah walaupun...

Orang nganggap kita pinter, kita ngga bakalan nambah pinter tuh
Orang nganggap kita bodo pun, IQ kita ngga mungkin ngurangin
Orang nganggap kita soleh, belum tentu Allah nerima amal kita
Orang nganggap kita ahli maksiat pun, catetan amal soleh kita ngga bakal hilang
Orang nganggap kita kaya, ngga bakal tuh harta kita nambah
Orang nganggap kita miskin pun, ngga mungkin bikin rezeki ngurangin

Jadi waspadalah, yang namanya ”anggapan” itu sangat berbahaya. Bisa membius, membuat kita berhenti belajar, berhenti beramal, karena merasa puas setelah dapet pujian atau bahkan merasa putus asa karena anggapan negatif orang.

Hidup mah, biasa-biasa aja lah.
Kan katanya manusia itu
berasal dari setetes mani,

akhirnya jadi bangke,
kemana-mana bawa tai

So, masih pantes buat sombong, pamer, pengen eksis?
Cape deh...

Saturday, May 26, 2007

SIAPA YANG ANDA AJAK 2

Oya sebelum tulisan ini dilanjutkan, saya ingin berterimakasih kepada Afin, Ari, Nuni, Suci, dan Ilham atas tanggapannya di tulisan yg lalu (sidang magang).

Ok lets start !


3. Siapa yang mengajak saya pertama kali "masuk Islam" ? Ibu bapak saya muslim, tetapi saya baru bener-bener tahu bahwa Islam itu adalah karunia terbesar, yang mengatur hidup kita agar selamat dunia akhirat, detail dari mulai masuk kamar mandi hingga mengurus negara saat kelas 1 SMA oleh seorang jamaah mesjid di deket rumah saya.

Nama beliau adalah Pak Habib, lengkapnya Habiburrahman (tanpa Al Shirozy). Beliau hanya bertanya pada saya

"Agah, umur kamu berapa?" 17, kata saya waktu masih muda hehehe...

"Berarti malaikat sudah mencatat amalan kamu selama 2 tahun, betul ?" Betul juga

"Yakin amalan kamu diterima ?" Mana kutahu pak

"Udah tau syarat amalan diterima ?" Hmm...yang penting ikhlas kan

"Gimana seandainya amalan yang udah kamu kumpulkan, kehapus semuanya ?"

Wah GAWAT dong, pikir saya. Maka, jawaban atas pertanyaan-pertanyaan diatas-lah yang akhirnya mengantarkan saya menjadi "gila" dalam membaca buku dan memburu pengajian. Pernah dalam satu waktu, uang jajan saya sebulan saya habiskan semua di Pasar Buku terbesar di Asia Tenggara, Pasar Palasari.

Saya datangi pengajian bapak-bapak di dekat rumah, saya kejar Aa Gym dan Pak Aam. Saya hadiri tabligh akbar bertemakan jihad di FUUI pimpinan Ust. Athian Ali, saya menginap di PUSDAI karena ada acara Mabitnya Ust.Saiful Islam, hingga sekarang berlabuh di Wahdah-Islamiyah.

Jazaakallah pada pak Habib, karena walaupun sekarang beliau sudah tidak tinggal lagi di kompleks perumahan saya, namun namanya masih saja berkibar sebagai ketua sekaligus guru besar bela diri Thifan se-Indonesia. Sebuah beladiri yang berasal dari Muslim China dengan ciri khas Ikrar Tauhid. Padahal, dulu pas saya dimentor oleh beliau, saya sama sekali ngga tahu kalau pria berperawakan kurus dan berkulit putih ini adalah orang yang "menyeramkan".

4. Siapa yang mengajak saya pertama kali berorganisasi ? Sebentar...walau dulu pas SMP pernah ikutan Pramuka *sekarang masih ada ngga ya?* dan pas SMA pernah ikut Pendak Silat *cieeh*, tapi saya merasa bener-bener berorganisasi saat saya masuk Keluarga Muslim (GaMus), sebuah organisasi dakwah di kampus saya. Ceritanya saya teh lagi duduk-duduk abis sholat dzuhur di masjid, trus ada manusia dengan jenggot overdosis dan postur gempal mendekati saya. "Agah ya, kenalin saya Helma, berminat masuk Gamus ngga?"

Akibat kalimat simple ini, saya menjadi ketagihan aktif. Saya yang dulunya jarang pisan punya jabatan strategis, mendadak menjabat dimana-mana. Baik jabatan struktural organisasi maupun temporer kepanitiaan. Walaupun harus saya akui, saat itu memang masa-masa nafsu "ingin jabatan" sedang menguasai jiwa. Apapun motif organisasi saat itu, baik nasionalis, agamis, maupun bisnis saya masukin semua. Sampai saya pernah nyasar ke pusatnya aktifis-aktifis nasional di Masjid Salman ITB.

Dengan berorgansasi juga saya mendapatkan efek samping, yaitu public speaking skill. Dari awalnya cuma ngomong di depan temen-temen pas rapat, hingga pernah menjadi moderator tokoh-tokoh nasional seperti misalnya Ust. Jefry Al Buchari. Saya juga pernah diberi kesempatan untuk mendampingi pak Nurkuntjoro, mantan CEO Tupperware Indonesia yang menutupi kerugian kumulatif perusahaan selama 72 bulan hanya dengan keuntungan selama beliau memimpin 18 bulan.

Back to Mr. Helma Agustiawan, sekarang beliau memimpin sebuah embrio LSM di bidang Koperasi dan Usaha Kecil Menengah. Kabarnya, beliau sedang menjalani seleksi untuk menjadi fellow-nya Ashoka Foundation. Sebuah LSM terbaik di dunia dengan seleksi kemitraan yang super ketat. Ok deh, semoga sukses ya kang !

Kesimpulan :

Maksud dari tulisan diatas bukanlah sekedar ucapan terimakasih dan nostalgia masa lalu. Namun saya ingin berbagi, bahwa ternyata SEBUAH AJAKAN SEDERHANA DAPAT BERPENGARUH BESAR dalam kehidupan seseorang. Apalagi bila ajakan tersebut positif. Ajak mengajak sebenarnya bisa mendatangkan passive income bagi kita. Karena bila seseorang yang kita ajak menuju kebaikan melaksanakan terus kebaikan tersebut. Maka janji Allah, otomatis pahalanya akan ikut mengalir ke dalam catatan amal kita.

Jadi, siapa yang anda ajak ?

Thursday, May 03, 2007

SIDANG MAGANG

Anugerah Perdana NPM : 103400723
akan melaporkan hasil magangnya dgn judul

STRATEGI TURNAROUND
KLINIK KONSULTASI BISNIS UKM & KOPERASI JAWA BARAT
MELALUI KEMITRAAN DENGAN LEMBAGA TERKAIT

Mohon Doa Restu
Khususnya dari para penggemar
Hehehe...

UPDATE :
Alhamdulillah, berkat dukungan dari berbagai pihak, sidang laporan magang tersebut meraih nilai tertinggi dengan skor 3,64 alias A.

Mungkin karena tema yang dipilih agak "beda" sama temen-temen yang lain, yaitu dunia Usaha Kecil Menengah dan Koperasi. Soalnya temen-temen yang lain mah banyak-banyaknya tentang perusahaan gede.

Tapi, perjuangan belum usai karena masih harus proposal, sidang proposal, skripsi, sidang skripsi, dan akhirnya baru deh... wisuda !!!

NB : Nikah mah kapan-kapan aja =P

Sunday, April 29, 2007

SIAPA YANG MENGAJAK ANDA 1

Alhamdulillah, setelah sekian lama, akhirnya muncul juga mood buat nulis. Maaf kalau anda masih suka berkunjung ke blog ini dan akhirnya merasa menyesal karena menghabiskan waktu untuk melihat tulisan yang itu-itu aja. Punten yah.

Ok, lets start…

Judul diatas sengaja saya pilih itung-itung flashback, mengenang siapa saja orang yang memberi warna lain dalam perjalanan hidup saya.

1. Siapa yang mengajak saya pertama kali ke Stadion Siliwangi? Saya lupa, entah Yudi, Umar, atau Andri. Yang jelas temen-temen sekelas di 3C SLTPN 13 Bandung. Saat itulah saya diresmikan menjadi bobotoh Persib. Karena, bukan bobotoh kalo belum pernah nonton langsung di stadion.

Saya masih inget saat tas kami digeledah, dan botol aqua yang kami bawa disita. Mungkin dikiranya kami bakalan berbuat anarkis. Plis dong, emang saya ada tampang kriminal…Oya, walau pertandingan mulainya jam 15.30, biasanya kami dateng pukul 14.00. Biar kebagian tempat yang asoy, sehingga kalo gol terlihat sejelas-jelasnya. Karena masalahnya, di stadion, tiada replay saat gol terjadi.

Momen-momen emosional yang sulit terlupakan ialah saat ombak suporter (mexican wave) yang bergelombang dari tribun ke tribun. Rasanya puaas banget saat tiba giliran kita untuk berdiri, mengangkat kedua tangan, dan berteriak WHOOY sekerasnya.

Selain itu, saat pertandingan usai jam 17.30 biasanya kami selalu ikut pawai dimana ribuan bobotoh berjalan dari stadion ke alun-alun kota. Memadati jalan, sambil bernyanyi-nyanyi meneriakkan yel-yel untuk Persib sambil dikawal oleh pihak kepolisian. Sebuah kejadian yang kami anggap keren keren, dan akan kami pamerkan habis-habisan pada teman-teman sekelas keesokan paginya.

Sekarang, saya udah ngga pernah ke stadion lagi. Kenapa? Alhamdulillah sekarang mah saya udah ngerti kalo solat 5 waktu itu wajib. Coba perhatiin, dari cerita saya diatas ada dua sholat yang biasanya bablas bila kita nonton ke stadion. Yaitu Ashar dan Magrib. Dan ngga ada ceritanya gara-gara ke stadion, solat kita bisa di jama’

Nah, tapi ritual nonton tiap Persib maen mah hampir tidak pernah terlewatkan. Bedanya, sekarang partner saya adalah dua adik perempuan saya, Puput dan Tria. Biasanya kami nonton bareng di kamar ortu. Walau perempuan, Kalo kelakuan sih, boleh diadu sama bobotoh di stadion. Hehehe...

2. Siapa yang mengajak saya pertama kali ke warnet? Rio Akhmad, sohib nyontek, yang duduk di geng shaf terbelakang pas kelas 1 SMAN 8 Bandung. Saya pertama kali diajak sama dia ke warnet buat chatting di rileks.com. Awalnya saya cuma merhatiin, tapi dasar makhluk penasaran, akhirnya saya ikutan nyewa komputer di sebelahnya, biar bisa ngintip plus konsultasi instan kalo ada yang bikin bingung.

Yang garing, biasanya kami suka mendekati seorang cewek yang sama -biasanya mahasiswi- di chatroom tersebut, sambil saling tebar pesona satu sama lain. Mungkin cewek itu merasa tersanjung karena ada dua orang pria yang berebut untuk menarik perhatiannya. Padahal, yang dia hadapi hanyalah dua anak SMA yang bersebelahan didalam sebuah warnet murah meriah.

Kini, hasil dari ajakan Rio ke warnet, saya dikit-dikit udah bisa bikin email, ngelola milis, chatting via YM, download something, ngikut friendster, dan nge-blog kayak sekarang. Rio dan saya masih kontak hingga saat ini, khususnya dalam dunia per-futsal-an. Setahu saya mah dia teh sekarang kuliah di Manajemen UNPAD 2004

3. Siapa yang mengajak saya pertama kali untuk berdagang? Agna Dian Fahmi, temen di kelas 2 SMA, kalo jalan cepet banget, tapi lama banget untuk tiba di tempat yang dituju. Why? Becoz, orangnya ramah banget, tiap ketemu orang, pasti dikasih paket spesial yaitu : satu senyum, dua ayunan jabat tangan, dan beberapa menit obrolan ringan.

Saya diajak dagang, sehubungan Agna ini punya kenalan agen buku. Namanya Shibgoh Agency, yang konon kabarnya merupakan salah satu perintis dunia agen perbukuan dan majalah islami di Bandung. Sistemnya sangat mendukung buat entrepreneur pemula kayak kami, konsinyasi. Kita ambil barang tanpa modal, kalo udah laku tinggal bagi hasil. Kalo ngga laku? Ya tinggal dikembaliin. Beres. Apa kabar ya dengan Shibgoh Agency sekarang?

Pertama kali kami mulai dagang buku di kelas, berlanjut ke bazaar yang keuntungannya sampai ratusan ribu, hingga berjibaku sejak dini hari demi mendapat tempat strategis untuk mengelar tikar di pengajian seorang ustadz di daerah bandung utara.

Dari hasil ajakan Agna tersebut, alhamdulillah di kelas 3 saya memulai dagang pisang molen ke kelas-kelas. FYI, pisang molen disini adalah pisang yang digulung terigu secara melingkar, pasti kenal dong? Saat itu, belanja bada subuh di pasar kosambi pake motor bebek tahun tujuh puluh adalah salah satu momen ternikmat dalam hidup saya. Sampai akhirnya di angkatan, saya mendapat gelar kehormatan, Agah Molen.

Sekarang, berkat ajakan Agna dahulu, saya bersama dua orang sahabat yaitu Pri dan Ratna, memiliki sebuah bimbingan belajar privat yang sudah berjalan sejak April 2004. Alhamdulillah, walau belum berbadan hukum, profil kami sudah dua kali dimuat di harian pikiran rakyat. Hingga saat ini, kami telah menjadi fasilitator bagi puluhan mahasiswa yang ingin mencoba meringankan beban orangtuanya dengan menjadi guru privat.

Oya, bagi teman-teman yang ingin ikut bergabung, kebetulan kami sedang membuka lowongan, silakan saja kirimkan CV anda ke alkemis@gmail.com. Syaratnya mudah kok, anda cukup kuliah di PTN dan menguasai 2 diantara pelajaran Matematika, Fisika, Kimia, dan Bahasa Inggris tingkat SMA.

Lowongan ini berlaku hingga hari Sabtu, 5 Mei 2007, jam 23.59 WIB alias sepekan lagi !! Fasilitas yang didapat, selain insentif yang cukup besar (cihuy), juga training pengembangan diri, misalnya interpersonal communication for teacher. Ditunggu ya CVnya !

Oya, kembali lagi, walaupun setahun lebih tua dari saya, sekarang Agna kuliah di Manajemen UNPAD 2005, saya doakan agar beliau cepet-cepet nikah lah, biar halal, hehehe...

Bersambung

Wednesday, March 28, 2007

KESETIAAN ITU ADA DI PAGI HARI

Pagi itu seperti pagi biasanya, hembusan dingin bersiap pergi untuk digantikan hangatnya sang mentari. Dan pagi itu, saya, anda, dan kita semua akan dengan mudah memahami. Bahwa kesetiaan itu dapat ditemukan setiap hari.

Di pagi hari, kita akan sering menemukan mereka yang berlari pagi. Dan mayoritas, tentu mereka yang sudah berusia lanjut. Ada yang berolahraga sendiri, dan ada pula yang berpasangan.

Lari pagi, bagi mereka, mungkin merupakan bentuk romatisme tersendiri. Berkeliling kompleks perumahan, taman, dan tempat-tempat menyejukkan lainnya sembari merasakan kenyamanan, kedamaian, dan kehangatan hati.

Jika kita pernah menyimak obrolan mereka, mungkin akan terkesan remeh. Mengomentari cuaca, kabar teman lama, berita TV tadi malam, dan sebagainya. Tapi bukankah sangat indah apabila waktu kita dihabiskan, dalam langkah demi langkah di pagi hari, bersama seseorang yang cintanya sudah terbukti?

Saya pun membayangkan, saat empat puluh lima menit sudah membuat keringat mereka membasahi baju, mereka menepi. Menjadi jalan rezeki bagi sang penjual bubur ayam. Jangan pakai sambal, jangan pakai kacang, seru mereka.

Saat menu diantarkan, dan hidangan siap disantap, sang kakek menatap pasangan yang telah menemani harinya selama puluhan tahun. Senyumannya diiringi gumaman syukur dan doa. Sang nenek yang merasa ditatap, mengalihkan pandangannya dari mangkuk bubur.

Dan dalam sepersekian detik, sang kakek pun buru-buru mengalihkan pandangannya. Sambil menutupi salah tingkahnya, beliau mengatakan

”kamu cantik hari ini, sayang”

YANG MANA YANG KITA RINDUKAN

Saat sedang santai, saya sering merindukan masa-masa saat kesibukan melanda. Nikmatnya kurang tidur, nikmatnya kepala migrain, nikmatnya saat tubuh basah diterpa hujan deras, nikmatnya pikiran yang terus bekerja, dan nikmatnya keluh kesah dan rintihan doa di waktu shubuh.

Namun kini saat saya mengalaminya, saya justru merindukan masa-masa saat waktu berjalan begitu panjang, santai. Nikmatnya membaca cerita sambil tiduran, nikmatnya tidur siang sambil berselimut, nikmatnya melamun mengenang episode cinta.

Ah....manusia memang jarang bersyukur yah

PENGORBANAN ADIK BINAAN

Saya memiliki sebuah EO kecil-kecilan. Dan rutinitas tahunannya adalah mengadakan talkshow pengenalan jurusan kuliah untuk remaja. Tahun lalu acaranya terbilang sukses. Lima ratus pelajar SMA se-Bandung menghadiri acara tersebut.

Kini ceritanya berbeda, banyak acara sejenis bermunculan, dan diadakannya sebelum acara kami. Jelas, keterlambatan momen ini akan membuat dampak yang besar. Beberapa sesi sepi, walaupun beberapa yang lainnya dipenuhi peserta.

Yang ingin saya ceritakan bukanlah sudut pandang finansialnya, namun momen emosionalnya. Sebagai penanggung jawab acara, saya pernah stress tingkat tinggi karena peserta yang daftar baru seorang, padahal acara dilaksanakan keesokan harinya.

Otak diputar, doa makin kenceng, dan akhirnya beberapa solusi berlompatan dari otak. Singkat cerita, agar acaranya ramai, panitia memutuskan untuk mengundang perwakilan setiap SMA secara gratis. Ini sih masih biasa aja.

Yang luar biasa adalah, saat adik-adik binaan saya, beberapa menit sebelum acara dimulai, berdatangan. Walaupun mereka punya kesibukan, walaupun acara ini mungkin tidak berhubungan dengan jalan hidup mereka, mereka hadir.

Walaupun rumah mereka jauh, dan mereka tidak dibayar sepeserpun untuk hadir, mereka tetap rela untuk meyukseskan acara yang diadakan oleh kakak mentornya ini. Dan tambah lagi, mereka tidak datang sendirian, mereka mengajak teman-temannya. Alhasil, acara pun menjadi ramai. Pembicara tidak kecewa, dan panitia ceria. Cihuy !

Sungguh, saya sangat terharu hari itu. Saya belajar banyak dari adik binaan saya yang berkorban tanpa pamrih, tulus. Maka pada hari itu pun saya berikrar.

Adikku, kalaulah kalian meminta untuk diadakan mentoring. Baik di hari libur, atau disaat saya sedang ujian pun, akan kupenuhi, insya Allah !!

NB : Jazaakumullah khair kepada Teguh, Galih, dan Fajar yang hadir hari itu. Semoga SPMBnya sukses ya...

PEKAN TAK TERLUPAKAN

Pekan ini banyak hal besar yang terjadi dalam hidup saya, dan semuanya terjadi tanpa pernah direncanakan secara matang. Alhamdulillah, segala puji bagi Allah

1.Saat acara talkshow yang kami adakan kurang begitu menggembirakan, seseorang dari EO besar di Bandung menelepon saya dan meminta kami untuk mengadakan acara berkonsep serupa di Pameran Pendidikan Tinggi se-Jawa Barat. Padahal, sebesar apa sih acara kami itu?

2.Saya yang dahulu pernah meraih rangking terakhir di bangku SMA, dan gagal masuk ke Perguruan Tinggi Negeri (PTN), diminta untuk menjadi moderator dalam Talkshow Entrepreneur Muda Islam yang justru diadakan oleh mahasiswa UNPAD. Saya tampil sepanggung sama Abdurrahman Yuri (CEO MQ Corp) dan Supardi Lee (Britz Holding Company). Please, emang dibanding mereka, saya ini siapa?

3.Saya diikutsertakan dalam musyawarah awal pembentukan cabang ormas dakwah yang jaringannya dapat dikatakan sangat luas di Kawasan Timur Indonesia. Dan, yang hadir dalam musyawarah itu adalah para Ustadz yang lulus cumlaude dari Universitas Islam Madinah. Ya ampun, padahal saya ke arab aja belum pernah gitu loh!

4.Profil saya dimuat di koran Pikiran Rakyat edisi kampus. Padahal, masih banyak mahasiswa lain yang peran sosialnya jauh lebih hebat dari saya, bahkan ada yang sampai internasional.

Alhamdulillahnya, saya cepet sadar. Bahwa kemudahan yang Allah berikan itu bukan berarti standar sukses. Dan saya setelah momen-momen tersebut makin mantap dengan standar kesuksesan yang saya tetapkan.

Sukses itu, bermanfaat bagi umat dan diniatkan karena Allah, begitu...
Insya Allah lain waktu kita bahas okeh!

Monday, March 26, 2007

HANGAT, NIKMAT, BERPAHALA

Fiuhh...
Mungkin malam yang mendung ini cocok untuk menggambarkan kepenatan saya beberapa hari terakhir ini. Shalat isya di tengah sejuknya bandung utara tidak membuat lompatan demi lompatan pikiran jadi terkendali. Bisnis lagi sedikit stagnan, saya asumsikan karena pencatatan yang kurang rapi. Maka malam itupun saya memutuskan untuk mencari-cari software keuangan di sebuah toko buku terkenal.

Kunci stang saya pasangkan, dan pintu mobil pun saya tutup. Toko buku tersebut ada di dalam sebuah mall yang sangat luas. Dan, saya baru sadar, sudah lama sekali kaki ini tidak menginjakkan dirinya di tempat yang menjadi ikon materialisme, cieh...

Dan ada yang beda. Perasaan dulu-dulu, kalaupun pergi ke tempat kayak gini, ngga ada cerita Agah jalan sendirian. Kalo ngga bareng keluarga, ya pasti barengan temen. Temen dalam artian sebenarnya, bukan temen tanda kutip. Karena saya adalah anggota pasukan pengibar bendera jomblo sebelum janur kuning terpampang hehehe...

Belum jauh kaki beranjak dari mobil, saya melihat dunia yang sungguh lain. Di pelataran mall, mungkin ditempati oleh sekitar enam kafe, saya melihat cukup banyak pengunjung seusia saya yang dengan asyiknya bercengkrama dengan teman se-geng-nya.

Dunia ini tampak sangat lain bagi saya, karena saya tahu persis akan tingginya biaya yang mereka keluarkan demi secangkir kopi, misalnya. Sementara dalam minggu-minggu ini, saya kelimpungan memikirkan gimana caranya agar penjualan usaha meningkat. Life its so easy for them, i think...

Ok, saya ngerti betul bahwa mereka bukan mengeluarkan uang untuk membeli makanan. Tapi demi sebuah pengalaman. Mata kuliah marketing banget lah! Yang mereka konsumsi bukanlah makan atau minum, tapi memorable experience saat semua aspek makanan, minuman, interior, kehangatan, dan kenyamanan membaur menjadi satu.

Masalahnya, standar yang digunakan ialah standar layar kaca, yang biasa kita liat di TV-TV. Yang tidak semua bisa menikmatinya, betul !?

Maka sepulang dari sana, saya singgah sebentar di sebuah jalan sepi. Dimana disana terlihat penjual nasi goreng yang nampaknya berharap keras agar pembeli menghampirinya. Sudah jam sepuluh malam, dan akhirnya Allah kirimkan seseorang untuk menjadi jalan rezeki baginya.

Orang itu adalah saya, dan senyumannya pun menyapa saya. Setelah memesan dan duduk. Saya menikmati tarian tubuhnya. Caranya memotong, caranya menggoreng, caranya mencampur. Dan ditutup dengan sajian menu dengan asap mengepul di atasnya.

Ditambah segelas teh yang baru saja diseduh.
Saya rasa, inilah kehangatan sejati.

Hangat, nikmat, berpahala, dan tidak lupa
Ga bikin dompet jebol hehehe...

Sunday, February 25, 2007

OM AGAH

“Om Agah, kemaren Ajay disuntik loh!”

Ya Allah, sejak kapan status saya jadi om-om hehehe

”Oh gitu, nangis ngga?” Tanya saya penasaran

”Nangis, abis sakit sih”

Tiba-tiba satu lagi anak perempuan temen se-geng-nya si Ajay mendekat

”Kalo saya mah ngga nangis loh Om”

”Wah hebat!, dulu pas pertama pake anting nangis ngga?”

”Ngga” Jawabnya bangga

Wah si Ajay kayaknya sirik tuh temennya saya puji

”Eh Jay, lain kali kalo disuntik lagi ngga akan nangis kan?”

”Ngga!”

”Nah, gitu dong, hebat! Om Agah pulang dulu ya...Assalamu’alaikum”

”Kum Salam! Dadaah” Jawab mereka serempak

Temen saya yang melihat obrolan ringan itu dari pelataran kosannya nampak senyum-senyum. Entah apa yang dia pikirin.Tapi kalo saya pikir-pikir, ternyata saya punya bakat terpendam ya.

Bakat apaan?
Bakat jadi Om-Om hihihi....

NB : Terimakasih pada pemerintah khususnya Depkes yang telah bersusah payah melakukan imunisasi campak hingga ke pelosok Indonesia, sing ikhlas ya! Aku mendukungmu

SATU LAGI, PAHLAWAN KEHIDUPAN

Alhamdulillah, entah mengapa saya cukup sering dipertemukan orang-orang dengan sifat dan perilakunya mirip. Yaitu mereka yang miskin popularitas, namun banyak memberi manfaat bagi lingkungannya.

“Kalau begitu, bagaimana caranya ibu dapat menghidupi keluarga?”

“Agah, Allah sudah menjamin, bahwa bila kita menolong AgamaNya, maka kitapun akan ditolong olehNya”


Dialog diatas adalah penutup dari obrolan kami pagi itu, di sebuah pelataran masjid kecil Bandung Utara. Saat itu kami sama-sama sedang menunggu seseorang yang nampaknya akan datang terlambat.

Ibu Rika & Pak Munawar namanya, duet maut pahlawan di kompleks perumahannya. Beliau adalah pasangan yang menjadi pengayom bagi belasan atau bahkan puluhan anak yatim. Beliau adalah mereka yang paling sibuk membuat proposal, merancang acara, dan aktifitas2 khas lainnya dalam rangka mengetuk hati donatur, bahwa masalah bangsa ini bukan hanya untuk dikeluhkan.

”Memang, bapak dan ibu kerja dimana?”

Pertanyaan spontan ini muncul karena agak aneh ada suami istri yang kompak bepergian di pagi hari. Karena biasanya kan salah satunya pasti ada yang kerja kantoran.

”Oh, kalo bapak mah ngajar privat Al Quran tiap sore/malam, sedangkan kalo ibu mah mimpin majelis taklim di kompleks”


Jawaban beliau berlanjut dengan aktifitas kesehariannya. Bu Rika menceritakan bahwa suami tercintanya baru saja terkena penyakit jantung. Tidak akut, alhamdulillah, namun tetap perlu perawatan yang tidak sedikit ongkosnya.

“Darimana uangnya?” pikirku

Seperti yang bisa membaca pikiran saya, beliau menjawab
“Alhamdulillah Agah, kami mah selalu berusaha bersikap baik pada lingkungan. Menyapa, tersenyum, dan membantu sebisa kami. Dan mungkin sebagai dampaknya, merekapun banyak membantu kami dalam keseharian. Contohnya saat bapak diberikan surat pengantar dari kelurahan untuk mendapatkan pengobatan secara gratis ke rumah sakit”


Dan ada yang unik disini, semenjak sang suami sakit, ibu Rika menjadi rajin mencari-cari buku yang berhubungan dengan penyakit jantung. Dan setelah beliau membacanya, tidak dipendam di rumah saja. Namun beliau menyampaikannya ke tetangga, dan majelis taklim binaannya mengenai penyakit ini dan solusinya. Maka kini, jadilah beliau konselor kesehatan di lingkungannya.

Yah, Allah memang Maha Adil. Untuk menjadi manusia yang bermanfaat, gelar dan kekayaan bukan merupakan syarat mutlak. Bahkan keduanya bisa menjadi penghambat bila ”gengsi” dikedepankan.

Terakhir, dari obrolan itu, beliau juga berpesan, bahwa perjuangan dalam memberi manfaat bagi lingkungan tidak terlepas dari dukungan pasangan yang memiliki visi hidup yang serupa.

"Waduh ibu, saya mah nikahnya masih lama" Hehehe...

Untuk penyemangat kita-kita nih,

Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.
(QS Muhammad : 7)


Thursday, February 08, 2007

SIP LAH !

Kayaknya template ini udah cocok
cool, kayak saya hehehe...

UNDER CONSTRUCTION

mohon maaf atas ketidaknyamanan anda
saya lagi nyari2 template yang pas

Tuesday, February 06, 2007

JIWAKU MASIH KERDIL

Malam itu begitu dingin, karena hujan baru saja berhenti. Angin pun kadang masih ingin berhembus, membuat tubuh makin rindu akan kehangatan.

Namun sayup-sayup, muadzin melantunkan undangan. Meminta agar pendengar melangkahkan kakinya menuju rumah Allah. Saat itu Isya, setelah mengenakan baju koko dan sarung, saya hendak membuka pagar rumah. Saat suara lirih itu terdengar

Uhuk, uhuk, uhuk...
Dengan sedikit mengintip, saya mencari-cari sumber batuk tersebut.

Ternyata, di depan pagar ada seorang nenek. Saya taksir umurnya sekitar 70an. Ringkih, dengan pakaian lusuh dan tipis. Berjalan kaki, sendirian, di tengah dinginnya malam. Dengan batuk yang tidak dibuat-buat.

Prasangka berkelebat, lebih ke arah negatif. Tanpa bertanya terlebih dahulu pada beliau, sayapun masuk ke dalam rumah, mengambil uang sebesar tiga ribu rupiah. Saya pikir untuk seorang pengemis, jumlah ini sudah cukup banyak.

Saya keluar, mendekati beliau. Tiga ribu masih ada di saku baju. Dan tanpa diminta, beliau mendahului pembicaraan. Yang membuat uang di saku saya tertahan untuk diberikan pada beliau.

Beliau tidak memiliki keturunan. Kanker rahim penyebabnya. Dan beliau meminta sumbangan untuk biaya operasinya. Deg! saya berfikir uang tiga ribu terlalu sedikit. Sayapun ke dalam dengan rencana mengambil lima ribu. Yang saat itu, saya rasa sudah cukup besar.

Tanpa disangka adik saya bertanya, siapa di luar? Saya jawab begini dan begitu, intinya ada yang minta sumbangan. Dan tanpa pertimbangan berbelit, uang dua puluh ribu ia serahkan kepada saya.

Akhirnya, kami pun memberikan uang senilai dua puluh lima ribu rupiah beserta sebuah jaket bekas yang layak pakai kami sumbangkan kepada beliau. Saat itu saya sedikit tergesa, karena iqamah shalat isya sudah berkumandang. Yang jelas, beliau nampak sangat gembira dengan sumbangan yang kami berikan.

Saat itu, perasaan saya maih biasa.
Barulah setelah shalat saya merenung.

Ya Allah, kerdil sekali jiwa saya...
Padahal saya sanggup menyumbang lebih dari lima ribu. Ga bakalan miskin, ga bakalan jadi kelaperan. Kok kalah sama adik yang bahkan ngga pernah ngaku-ngaku aktivis. Pelit sekali kamu Gah!

Kenapa kamu ngga ngajak beliau makan di rumah, takut ketularan penyakit? Takut rumah jadi kotor? Picik sekali cara berpikirmu Gah!

Padahal saya sanggup mengantarnya ke lembaga sosial terdekat. Siapa tahu biaya operasi beliau menjadi gratis. Siapa tahu beliau bisa diberi modal agar mandiri oleh lembaga zakat tersebut. Egois kamu, mikirin shalat doang!

Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu meng-infaq-kan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.
(QS Ali Imran 92)

Astagfirullah...
Padahal kamu sering baca surat Al Maa’uun Gah!

Wednesday, January 17, 2007

PARA DAI PAK RAMLI 2

Ternyata sebelum pensiun, beliau bekerja pada sebuah perusahaan asing di Kalimantan. But thats not the point, karena obrolan kami ternyata terus berlanjut hingga terungkapkan bahwa beliau bersama beberapa teman seperjuangannya *cieh* adalah inisiator diadakannya shalat jum’at di perusahaan tersebut.

Karena panggilan keimanan inilah dengan penuh keyakinan, beliau langsung menghadap atasannya, ekspatriat, dan mengutarakan keinginannya agar karyawan muslim disana lebih nyaman dalam beribadah. Dan atas kemudahan dari Allah, ternyata atasannya justru kagum dengan prinsip hidup yang beliau anut.

Bahkan dana pembangunan mushalla disana langsung disupply dari headquarters perusahaan tersebut *kalo ga salah* yang berlokasi di Prancis. Bisa bayangkan amal jariyah yang beliau dan teman seperjuangannya dapat atas setiap orang yang shalat disana? Subhanallah ya!

Nah ada yang lebih hebat.
Pernah denger Pesantren Hidayatullah dengan gerakan tebar da’i senusantaranya? Ternyata Pak Ramli dkk-lah yang menanggung biaya hidup bulanan para da’i yang bertugas di Kalimantan, khususnya yang dekat dengan lokasi kerja beliau. Katanya ”Biarlah mereka (para da’i) fokus berdakwah saja, urusan nafkah biar kami yang handle”

Suatu hari beliau sangat terkejut saat beras yang biasa dikirimnya untuk jatah sebulan ternyata habis dalam waktu kurang dari tiga hari. Apakah dicuri? Bukan. Apakah ludes dimasak para da’i? Ternyata bukan juga. Lalu beliau pun penasaran dan menanyakan hal tersebut.

Apa jawaban para da’i tersebut?
Pak, beras tersebut kami kirimkan pada adik2 kami anak yatim di Jawa sana.
Bagi mereka, beras sangat berharga.
Dan Pak, urusan perut bagi kami nomer sekian.
Karena, yang terpenting bagi kami adalah, dakwah…

...Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya…
(QS Ath Thalaq 65 : 2-3)

PARA DAI PAK RAMLI 1

Mungkin saya belum begitu lama mengenal beliau. Pak Ramli, sekretaris DKM Al Muhajirin, sebuah masjid di kompleks saya. Beliau adalah seseorang yang paling sering dipuji etos kerjanya oleh bapak ketua DKM.

For your information, ada sebuah tren siklus hidup bahwa kalo umur udah tua, maka sudah saatnya kembali ke Allah. Alias rajin-rajin ibadah. Nah, di kompleks rumah nih, kebanyakan memang udah pensiun. Ngga heran kalo banyak diantara teman saya yang (walaupun dalam hati, dan saya tahu itu) mengatakan “Gah, kamu dewasa banget” *suwit suwiw* ”Ya iyalah, gaulnya aja sehari-hari sama pensiunan gitu loh!

Ok, lanjut...
Tren itu dibuktikan dengan survey kecil2an. Bahwa mayoritas peserta shalat adalah bapak2 berusia lanjut. Kalo misalkan ada bapak-bapak yang jarang keliatan, terus tiba-tiba muncul di masjid. Artinya ada tiga kemungkinan. Baru pensiun, baru di-PHK, atau melarikan diri dari omelan istri di rumah. Sori, yang ketiga mah becanda.

Ada bapak-bapak yang cuma fokus di ibadah, seperti shalat. Dan ada juga yang mau berkarya lebih, yaitu menjadi pengurus DKM. Alhamdulillah, para aktivis harusnya malu sama bapak-bapak bersemangat tinggi seperti ini.

Tapi ada masalah nih,
Sehubungan mereka itu mantan pejabat. Jadi, kalo saya amati misalnya pas rapat. Seolah-olah masing-masing ingin menonjol. Dalam artian, pokoknya gua harus ngomong, masalah isi omongannya ngga penting2 amat, itu nomer kesekian. Intinya pengen menonjol. Padahal menonjol yang tidak pada tempatnya, ibarat bisul di pantat. Betul tidak hadirin? Betuuul...*ala Aa Gym*

Yah mirip2 sama aktivis muda yang pengen komentar melulu di forum lah, mereka yang berpendapat, diskusi yang durasinya semalaman dan berlarut-larut adalah ciri kesuksesan musyawarah. Dan setelah itu, mungkin hanya kurang dari seperempat anggota yang masih aktif mengerjakan hasil musyawarah itu selama periode kepengurusan.

Untungnya, Pak Ramli bukan tipe seperti itu.
Beliau sangat amanah dalam perannya sebagai sekretaris. Baik dalam jabatan di pengurus harian, maupun di kepanitiaan. Dan pernah beberapa pekan yang lalu, saya mengobrol agak lama dengan beliau.

BERSAMBUNG

Sunday, January 14, 2007

JATUH CINTA PADA SEORANG IBU-IBU

Kemarin2 saya baru saja jatuh cinta. Bukan dengan wanita sebaya, tapi dengan sorang ibu berusia separuh baya. Dan rasanya memang indah karena sudah cukup lama saya kehilangan energi bernama cinta *orang yang aneh*

Hari itu bertepatan dengan idul adha. Dan seperti rutinitas tahun sebelumnya. Selepas shalat, saya pulang dulu untuk makan pagi dan bermaaf-maafan dengan keluarga. Then, setelah berganti baju dengan setelan yang paling kucel, saya langsung cabut bersama bapak untuk membantu panitia di masjid.

Intermezzo : Tahukah anda siapa yang paling ditakuti oleh seorang narapidana dengan vonis mati? Sang eksekutor? Bukan, namun sang pembaca vonislah orangnya. Karena sang pembaca vonis inilah yang akan menentukan kapan napi dieksekusi, dengan metode apa napi dieksekusi, dsb. Dan, itulah jabatan saya dalam kepanitiaan.

Yap, sayalah sang pembaca nomor urut hewan kurban. Sayalah yang menentukan hewan kurban nomer berapa yang disembelih duluan. Dan hari itu saya telah membuat empat puluh lima domba dan sembilan sapi dieksekusi, tanpa setitik pun noda darah mampir di baju saya. Sungguh manusia berdarah dingin, huahahaha *ketawa ala raksasa*

Heup, tobat ! Kita terusin ceritanya. Nah sorenya kan daging kurban mulai didistribusikan nih. Dan panitia meminta kami, para anak muda belia *halah* untuk mengantarkan daging tersebut ke rumah seorang ibu menggunakan mobil box.

Mobil tiba di sebuah rumah dengan cat krem bertingkat dua. Tidak mewah, namun sulit untuk dibilang tidak bagus. Saya kenal dengan pemiliknya. Ibu P inisialnya. Nah, saat kami tiba ternyata di depan rumah beliau sudah berkumpul banyak ibu-ibu dengan wajah harap-harap cemas.

Dikirain menanti saya, eh ternyata menanti pembagian daging. Oh saya baru tahu bahwa ternyata Ibu P ini diberi jatah sebegitu banyak daging oleh panitia karena memang sudah biasa menjadi koordinator bagi ibu-ibu dhuafa. Dan beliau bersedia menjadikan rumahnya sebagai pos pembagian. Subhanallah, luar biasa ada seorang ibu rumah tangga dengan rasa empati sebesar ini.

Saat itulah saya mulai mengingat-ingat daftar kebaikan beliau selama ini. Hmm, beliau adalah koordinator pengajian ibu-ibu tiap kamis sore di masjid. Baksos juga kalo ngga salah inisiatornya beliau. Trus kalo ramadhan pas shubuh biasanya masjid diserbu oleh ratusan ibu-ibu yang mau tadarus, yang mimpin masih beliau. Dan sekarang pas idul adha, pimpinan ibu-ibu tim pemotong daging di ruang belakang masjid adalah beliau.

Fiuh, sekarang ngga tau kenapa saya melihat beliau nampak begitu cantik di usianya yang separuh baya. Mungkin inilah yang dinamakan inner beauty. Saya jadi inget pas dulu beliau pernah ngomong gini ke saya ”Coba kalo ibu punya anak perempuan, ibu jodohin dengan kamu Gah”

Alhamdulillah-nya nih, anak beliau berjenggot semua. Untung aja, karena hingga kini saya masih menjadi seorang pria yang terlalu mudah untuk jatuh cinta. Bebas euy! Hehehe