Sunday, February 25, 2007

SATU LAGI, PAHLAWAN KEHIDUPAN

Alhamdulillah, entah mengapa saya cukup sering dipertemukan orang-orang dengan sifat dan perilakunya mirip. Yaitu mereka yang miskin popularitas, namun banyak memberi manfaat bagi lingkungannya.

“Kalau begitu, bagaimana caranya ibu dapat menghidupi keluarga?”

“Agah, Allah sudah menjamin, bahwa bila kita menolong AgamaNya, maka kitapun akan ditolong olehNya”


Dialog diatas adalah penutup dari obrolan kami pagi itu, di sebuah pelataran masjid kecil Bandung Utara. Saat itu kami sama-sama sedang menunggu seseorang yang nampaknya akan datang terlambat.

Ibu Rika & Pak Munawar namanya, duet maut pahlawan di kompleks perumahannya. Beliau adalah pasangan yang menjadi pengayom bagi belasan atau bahkan puluhan anak yatim. Beliau adalah mereka yang paling sibuk membuat proposal, merancang acara, dan aktifitas2 khas lainnya dalam rangka mengetuk hati donatur, bahwa masalah bangsa ini bukan hanya untuk dikeluhkan.

”Memang, bapak dan ibu kerja dimana?”

Pertanyaan spontan ini muncul karena agak aneh ada suami istri yang kompak bepergian di pagi hari. Karena biasanya kan salah satunya pasti ada yang kerja kantoran.

”Oh, kalo bapak mah ngajar privat Al Quran tiap sore/malam, sedangkan kalo ibu mah mimpin majelis taklim di kompleks”


Jawaban beliau berlanjut dengan aktifitas kesehariannya. Bu Rika menceritakan bahwa suami tercintanya baru saja terkena penyakit jantung. Tidak akut, alhamdulillah, namun tetap perlu perawatan yang tidak sedikit ongkosnya.

“Darimana uangnya?” pikirku

Seperti yang bisa membaca pikiran saya, beliau menjawab
“Alhamdulillah Agah, kami mah selalu berusaha bersikap baik pada lingkungan. Menyapa, tersenyum, dan membantu sebisa kami. Dan mungkin sebagai dampaknya, merekapun banyak membantu kami dalam keseharian. Contohnya saat bapak diberikan surat pengantar dari kelurahan untuk mendapatkan pengobatan secara gratis ke rumah sakit”


Dan ada yang unik disini, semenjak sang suami sakit, ibu Rika menjadi rajin mencari-cari buku yang berhubungan dengan penyakit jantung. Dan setelah beliau membacanya, tidak dipendam di rumah saja. Namun beliau menyampaikannya ke tetangga, dan majelis taklim binaannya mengenai penyakit ini dan solusinya. Maka kini, jadilah beliau konselor kesehatan di lingkungannya.

Yah, Allah memang Maha Adil. Untuk menjadi manusia yang bermanfaat, gelar dan kekayaan bukan merupakan syarat mutlak. Bahkan keduanya bisa menjadi penghambat bila ”gengsi” dikedepankan.

Terakhir, dari obrolan itu, beliau juga berpesan, bahwa perjuangan dalam memberi manfaat bagi lingkungan tidak terlepas dari dukungan pasangan yang memiliki visi hidup yang serupa.

"Waduh ibu, saya mah nikahnya masih lama" Hehehe...

Untuk penyemangat kita-kita nih,

Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.
(QS Muhammad : 7)


2 comments:

soeltra said...

sy sepakat ma tuh ibu for her last chat. bknnya feminis nih ya..bnyk perempuan yg gak eksis lg di masyarakat after getting marriage,pdhl inti dr berkeluarga itu yah mnegakkan kalimatullah dgn memberi manfaat sesama untuk fastabikhul khairat.. smangat!!

Adilla said...

Subhanallah, mudah2an orang2 seperti ini semakin banyak ya jumlahnya :)