Alhamdulillah, setelah sekian lama, akhirnya muncul juga mood buat nulis. Maaf kalau anda masih suka berkunjung ke blog ini dan akhirnya merasa menyesal karena menghabiskan waktu untuk melihat tulisan yang itu-itu aja. Punten yah.
Ok, lets start…
Judul diatas sengaja saya pilih itung-itung flashback, mengenang siapa saja orang yang memberi warna lain dalam perjalanan hidup saya.
1. Siapa yang mengajak saya pertama kali ke Stadion Siliwangi? Saya lupa, entah Yudi, Umar, atau Andri. Yang jelas temen-temen sekelas di 3C SLTPN 13 Bandung. Saat itulah saya diresmikan menjadi bobotoh Persib. Karena, bukan bobotoh kalo belum pernah nonton langsung di stadion.
Saya masih inget saat tas kami digeledah, dan botol aqua yang kami bawa disita. Mungkin dikiranya kami bakalan berbuat anarkis. Plis dong, emang saya ada tampang kriminal…Oya, walau pertandingan mulainya jam 15.30, biasanya kami dateng pukul 14.00. Biar kebagian tempat yang asoy, sehingga kalo gol terlihat sejelas-jelasnya. Karena masalahnya, di stadion, tiada replay saat gol terjadi.
Momen-momen emosional yang sulit terlupakan ialah saat ombak suporter (mexican wave) yang bergelombang dari tribun ke tribun. Rasanya puaas banget saat tiba giliran kita untuk berdiri, mengangkat kedua tangan, dan berteriak WHOOY sekerasnya.
Selain itu, saat pertandingan usai jam 17.30 biasanya kami selalu ikut pawai dimana ribuan bobotoh berjalan dari stadion ke alun-alun kota. Memadati jalan, sambil bernyanyi-nyanyi meneriakkan yel-yel untuk Persib sambil dikawal oleh pihak kepolisian. Sebuah kejadian yang kami anggap keren keren, dan akan kami pamerkan habis-habisan pada teman-teman sekelas keesokan paginya.
Sekarang, saya udah ngga pernah ke stadion lagi. Kenapa? Alhamdulillah sekarang mah saya udah ngerti kalo solat 5 waktu itu wajib. Coba perhatiin, dari cerita saya diatas ada dua sholat yang biasanya bablas bila kita nonton ke stadion. Yaitu Ashar dan Magrib. Dan ngga ada ceritanya gara-gara ke stadion, solat kita bisa di jama’
Nah, tapi ritual nonton tiap Persib maen mah hampir tidak pernah terlewatkan. Bedanya, sekarang partner saya adalah dua adik perempuan saya, Puput dan Tria. Biasanya kami nonton bareng di kamar ortu. Walau perempuan, Kalo kelakuan sih, boleh diadu sama bobotoh di stadion. Hehehe...
2. Siapa yang mengajak saya pertama kali ke warnet? Rio Akhmad, sohib nyontek, yang duduk di geng shaf terbelakang pas kelas 1 SMAN 8 Bandung. Saya pertama kali diajak sama dia ke warnet buat chatting di rileks.com. Awalnya saya cuma merhatiin, tapi dasar makhluk penasaran, akhirnya saya ikutan nyewa komputer di sebelahnya, biar bisa ngintip plus konsultasi instan kalo ada yang bikin bingung.
Yang garing, biasanya kami suka mendekati seorang cewek yang sama -biasanya mahasiswi- di chatroom tersebut, sambil saling tebar pesona satu sama lain. Mungkin cewek itu merasa tersanjung karena ada dua orang pria yang berebut untuk menarik perhatiannya. Padahal, yang dia hadapi hanyalah dua anak SMA yang bersebelahan didalam sebuah warnet murah meriah.
Kini, hasil dari ajakan Rio ke warnet, saya dikit-dikit udah bisa bikin email, ngelola milis, chatting via YM, download something, ngikut friendster, dan nge-blog kayak sekarang. Rio dan saya masih kontak hingga saat ini, khususnya dalam dunia per-futsal-an. Setahu saya mah dia teh sekarang kuliah di Manajemen UNPAD 2004
3. Siapa yang mengajak saya pertama kali untuk berdagang? Agna Dian Fahmi, temen di kelas 2 SMA, kalo jalan cepet banget, tapi lama banget untuk tiba di tempat yang dituju. Why? Becoz, orangnya ramah banget, tiap ketemu orang, pasti dikasih paket spesial yaitu : satu senyum, dua ayunan jabat tangan, dan beberapa menit obrolan ringan.
Saya diajak dagang, sehubungan Agna ini punya kenalan agen buku. Namanya Shibgoh Agency, yang konon kabarnya merupakan salah satu perintis dunia agen perbukuan dan majalah islami di Bandung. Sistemnya sangat mendukung buat entrepreneur pemula kayak kami, konsinyasi. Kita ambil barang tanpa modal, kalo udah laku tinggal bagi hasil. Kalo ngga laku? Ya tinggal dikembaliin. Beres. Apa kabar ya dengan Shibgoh Agency sekarang?
Pertama kali kami mulai dagang buku di kelas, berlanjut ke bazaar yang keuntungannya sampai ratusan ribu, hingga berjibaku sejak dini hari demi mendapat tempat strategis untuk mengelar tikar di pengajian seorang ustadz di daerah bandung utara.
Dari hasil ajakan Agna tersebut, alhamdulillah di kelas 3 saya memulai dagang pisang molen ke kelas-kelas. FYI, pisang molen disini adalah pisang yang digulung terigu secara melingkar, pasti kenal dong? Saat itu, belanja bada subuh di pasar kosambi pake motor bebek tahun tujuh puluh adalah salah satu momen ternikmat dalam hidup saya. Sampai akhirnya di angkatan, saya mendapat gelar kehormatan, Agah Molen.
Sekarang, berkat ajakan Agna dahulu, saya bersama dua orang sahabat yaitu Pri dan Ratna, memiliki sebuah bimbingan belajar privat yang sudah berjalan sejak April 2004. Alhamdulillah, walau belum berbadan hukum, profil kami sudah dua kali dimuat di harian pikiran rakyat. Hingga saat ini, kami telah menjadi fasilitator bagi puluhan mahasiswa yang ingin mencoba meringankan beban orangtuanya dengan menjadi guru privat.
Oya, bagi teman-teman yang ingin ikut bergabung, kebetulan kami sedang membuka lowongan, silakan saja kirimkan CV anda ke alkemis@gmail.com. Syaratnya mudah kok, anda cukup kuliah di PTN dan menguasai 2 diantara pelajaran Matematika, Fisika, Kimia, dan Bahasa Inggris tingkat SMA.
Lowongan ini berlaku hingga hari Sabtu, 5 Mei 2007, jam 23.59 WIB alias sepekan lagi !! Fasilitas yang didapat, selain insentif yang cukup besar (cihuy), juga training pengembangan diri, misalnya interpersonal communication for teacher. Ditunggu ya CVnya !
Oya, kembali lagi, walaupun setahun lebih tua dari saya, sekarang Agna kuliah di Manajemen UNPAD 2005, saya doakan agar beliau cepet-cepet nikah lah, biar halal, hehehe...
Bersambung
Ok, lets start…
Judul diatas sengaja saya pilih itung-itung flashback, mengenang siapa saja orang yang memberi warna lain dalam perjalanan hidup saya.
1. Siapa yang mengajak saya pertama kali ke Stadion Siliwangi? Saya lupa, entah Yudi, Umar, atau Andri. Yang jelas temen-temen sekelas di 3C SLTPN 13 Bandung. Saat itulah saya diresmikan menjadi bobotoh Persib. Karena, bukan bobotoh kalo belum pernah nonton langsung di stadion.
Saya masih inget saat tas kami digeledah, dan botol aqua yang kami bawa disita. Mungkin dikiranya kami bakalan berbuat anarkis. Plis dong, emang saya ada tampang kriminal…Oya, walau pertandingan mulainya jam 15.30, biasanya kami dateng pukul 14.00. Biar kebagian tempat yang asoy, sehingga kalo gol terlihat sejelas-jelasnya. Karena masalahnya, di stadion, tiada replay saat gol terjadi.
Momen-momen emosional yang sulit terlupakan ialah saat ombak suporter (mexican wave) yang bergelombang dari tribun ke tribun. Rasanya puaas banget saat tiba giliran kita untuk berdiri, mengangkat kedua tangan, dan berteriak WHOOY sekerasnya.
Selain itu, saat pertandingan usai jam 17.30 biasanya kami selalu ikut pawai dimana ribuan bobotoh berjalan dari stadion ke alun-alun kota. Memadati jalan, sambil bernyanyi-nyanyi meneriakkan yel-yel untuk Persib sambil dikawal oleh pihak kepolisian. Sebuah kejadian yang kami anggap keren keren, dan akan kami pamerkan habis-habisan pada teman-teman sekelas keesokan paginya.
Sekarang, saya udah ngga pernah ke stadion lagi. Kenapa? Alhamdulillah sekarang mah saya udah ngerti kalo solat 5 waktu itu wajib. Coba perhatiin, dari cerita saya diatas ada dua sholat yang biasanya bablas bila kita nonton ke stadion. Yaitu Ashar dan Magrib. Dan ngga ada ceritanya gara-gara ke stadion, solat kita bisa di jama’
Nah, tapi ritual nonton tiap Persib maen mah hampir tidak pernah terlewatkan. Bedanya, sekarang partner saya adalah dua adik perempuan saya, Puput dan Tria. Biasanya kami nonton bareng di kamar ortu. Walau perempuan, Kalo kelakuan sih, boleh diadu sama bobotoh di stadion. Hehehe...
2. Siapa yang mengajak saya pertama kali ke warnet? Rio Akhmad, sohib nyontek, yang duduk di geng shaf terbelakang pas kelas 1 SMAN 8 Bandung. Saya pertama kali diajak sama dia ke warnet buat chatting di rileks.com. Awalnya saya cuma merhatiin, tapi dasar makhluk penasaran, akhirnya saya ikutan nyewa komputer di sebelahnya, biar bisa ngintip plus konsultasi instan kalo ada yang bikin bingung.
Yang garing, biasanya kami suka mendekati seorang cewek yang sama -biasanya mahasiswi- di chatroom tersebut, sambil saling tebar pesona satu sama lain. Mungkin cewek itu merasa tersanjung karena ada dua orang pria yang berebut untuk menarik perhatiannya. Padahal, yang dia hadapi hanyalah dua anak SMA yang bersebelahan didalam sebuah warnet murah meriah.
Kini, hasil dari ajakan Rio ke warnet, saya dikit-dikit udah bisa bikin email, ngelola milis, chatting via YM, download something, ngikut friendster, dan nge-blog kayak sekarang. Rio dan saya masih kontak hingga saat ini, khususnya dalam dunia per-futsal-an. Setahu saya mah dia teh sekarang kuliah di Manajemen UNPAD 2004
3. Siapa yang mengajak saya pertama kali untuk berdagang? Agna Dian Fahmi, temen di kelas 2 SMA, kalo jalan cepet banget, tapi lama banget untuk tiba di tempat yang dituju. Why? Becoz, orangnya ramah banget, tiap ketemu orang, pasti dikasih paket spesial yaitu : satu senyum, dua ayunan jabat tangan, dan beberapa menit obrolan ringan.
Saya diajak dagang, sehubungan Agna ini punya kenalan agen buku. Namanya Shibgoh Agency, yang konon kabarnya merupakan salah satu perintis dunia agen perbukuan dan majalah islami di Bandung. Sistemnya sangat mendukung buat entrepreneur pemula kayak kami, konsinyasi. Kita ambil barang tanpa modal, kalo udah laku tinggal bagi hasil. Kalo ngga laku? Ya tinggal dikembaliin. Beres. Apa kabar ya dengan Shibgoh Agency sekarang?
Pertama kali kami mulai dagang buku di kelas, berlanjut ke bazaar yang keuntungannya sampai ratusan ribu, hingga berjibaku sejak dini hari demi mendapat tempat strategis untuk mengelar tikar di pengajian seorang ustadz di daerah bandung utara.
Dari hasil ajakan Agna tersebut, alhamdulillah di kelas 3 saya memulai dagang pisang molen ke kelas-kelas. FYI, pisang molen disini adalah pisang yang digulung terigu secara melingkar, pasti kenal dong? Saat itu, belanja bada subuh di pasar kosambi pake motor bebek tahun tujuh puluh adalah salah satu momen ternikmat dalam hidup saya. Sampai akhirnya di angkatan, saya mendapat gelar kehormatan, Agah Molen.
Sekarang, berkat ajakan Agna dahulu, saya bersama dua orang sahabat yaitu Pri dan Ratna, memiliki sebuah bimbingan belajar privat yang sudah berjalan sejak April 2004. Alhamdulillah, walau belum berbadan hukum, profil kami sudah dua kali dimuat di harian pikiran rakyat. Hingga saat ini, kami telah menjadi fasilitator bagi puluhan mahasiswa yang ingin mencoba meringankan beban orangtuanya dengan menjadi guru privat.
Oya, bagi teman-teman yang ingin ikut bergabung, kebetulan kami sedang membuka lowongan, silakan saja kirimkan CV anda ke alkemis@gmail.com. Syaratnya mudah kok, anda cukup kuliah di PTN dan menguasai 2 diantara pelajaran Matematika, Fisika, Kimia, dan Bahasa Inggris tingkat SMA.
Lowongan ini berlaku hingga hari Sabtu, 5 Mei 2007, jam 23.59 WIB alias sepekan lagi !! Fasilitas yang didapat, selain insentif yang cukup besar (cihuy), juga training pengembangan diri, misalnya interpersonal communication for teacher. Ditunggu ya CVnya !
Oya, kembali lagi, walaupun setahun lebih tua dari saya, sekarang Agna kuliah di Manajemen UNPAD 2005, saya doakan agar beliau cepet-cepet nikah lah, biar halal, hehehe...
Bersambung
4 comments:
Assalammu'alaikum
kang kumaha damang?
wah seru juga nih baca sisi"gelap" seorang Agah yang FYI jadi pementor yang kita cintai (halah)
jangan lupa liat blog si fadhli anu ganteng di fadeaware.multiply.com bisa kasih komentar klo pake e-mail juga da!!
hehe...iya ya...molen...
saya salah satu pelanggan molen ituh...wah...saya bisa turut berbangga sebagai salah seorang yang turut andil dalam menyukseskan karir agah sebagai pelanggan...
wslm.
Siapa yang pertama kali ngajak anda nikah...? atau anda ajak nikah...? (hayoh siah...kudu dijawab...kekekeke)
wah asik juga ceritanya, berarti tidak melupakan jasa temennya...
inilah contoh seorang temen yang baik,
Post a Comment