Baru kemarin-kemarin adik saya mengabarkan
Aa, tau ngga tadi dosen teteh meninggal loh
Lagi naik motor, mau nyusul, kehilangan keseimbangan, dan terjadilah.
Dan yang bikin miris a,
Temen teteh baru tadi malemnya nge-sms beliau buat perwalian siang ini.
Begitulah malaikat maut, kehadirannya begitu misterius, tak pernah peduli kita siap atau tidak
Saya mencoba mengingat, kapan saja nyawa saya hampir terlepas
1. Saat balita, hampir tiap bulan saya masuk rumah sakit. Demam, muntaber, dan sebagainya. Alokasi uang gaji orangtua saya sebagain besar mengalir kesana. Bahkan kata orangtua, ibu saya sampai mengemis-ngemis pada atasannya agar diizinkan cuti, sehubungan bapak saya pun tiap hari harus bekerja.
2. Saat TK, saya tenggelam di sebuah pusaran sungai di Bandar Lampung karena didorong sepupu saya. Beruntung paman dengan sigap menarik saya yang hanya tinggal terlihat tangannya. Dan yang masih saya ingat, perasaan saya sangat lapang dan tenang saat di dalam air, mungkin karena hampir meninggal dalam kondisi belum punya catatan amal.
3. Saat SD, jatuh dari lantai 2 rumah nenek karena menginjak triplek yang saya kira adalah ubin. Beberapa jahitan mampir di kepala saya. Saya juga pernah (walau kurang elit) ditabrak oleh becak yang lagi ngebut. Masuk rumah sakit, tapi alhamdulillah ngga apa-apa.
4. Saat SMP, berbulan-bulan diopname karena hepatitis. Penyebabnya konyol, sepakbola di lapangan besar setiap hari selama bulan ramadhan, dan langsung mandi dalam kondisi berkeringat. Jelas badan ambruk. Saya dilarang olahraga selama setahun. Yang menyebabkan skill saya di berbagai cabang olahraga (cieh) menghilang.
5. Saat SMA, dan hingga sekarang saya belum tahu penyebabnya. Badan saya tiba-tiba tidak bisa menyerap air. Minum, langsung keluar. Makan, langsung keluar. Hingga saya kehilangan kesadaran. Dan kata dokter di ICU, secara medis hidup saya tinggal beberapa jam lagi bila terlambat dibawa ke rumah sakit.
6. Saat kuliah, jatuh di sebuah air terjun di Bali saat sedang arung jeram. Alhamdulillah jatuhnya pas ke perahunya lagi, walaupun menimpa dua orang bule dari Rusia yang nampak sangat shock. Saya pun pernah jatuh dari ketinggian ratusan meter ke bawah laut saat bermain parasailing. Penyebabnya, sang instruktur hanya memasang sebelah tali parasut saya, sehingga saya mati-matian memegang tali dengan kedua tangan di atas langit sampai akhirnya pasrah dan menjatuhkan diri.
Alhamdulillah sahabat, sampai sekarang saya masih hidup dan sehat wal afiyat.
Namun, saya teringat tentang beberapa pekan sebelumnya
HP saya bergetar, sobat SMA saya nelepon, tumben
Dengan nada ramah dan antusias saya angkat HPnya
Ternyata, kabar tak terduga yang mau ia sampaikan
Gah, Anggara meninggal, beliau ditabrak di gerbang kampusnya
Anggara, sobat seperjuangan yang suka menginap di rumah saya menjelang SPMB
Rival sejati saya dalam badminton, kami pernah berkeliling berdua mencari GOR hingga sore
Demi menuntaskan duel ini
Humoris, dan sangat ramah pada temannya
Satu-satunya sobat yang memanggil saya dengan nama lengkap, Anugerah
Saat ke rumahnya, ternyata beliau baru sekitar sebulan menikah
Begitulah takdir
Maka sahabat, saya cuma ingin berpesan sebagai sesama muslim
Berdoalah tiap hendak bepergian
Berdzikirlah setiap kita berkendaraan
Karena siapa yang tahu jika kita meninggal di jalan
Bebas, silakan cari yang termudah
Kita bisa mendengar ceramah/tilawah dari iPOD
Atau membaca hafalan Quran yang ayatnya sudah kita hafal
Bisa juga subhanallah, alhamdulillah, allahu akbar
Atau bahkan istigfar karena pandangan mata suka kemana-mana ;)
Amalkan ya, insyaAllah ringan kok
Kalo memang takdirnya kita meninggal, insyaAllah husnul khatimah
Kalo memang takdirnya belum, kita bisa makin deket sama Allah
Seneng kan...
NB : Terimakasih kepada kang donny, pak laksono, teh deen, teh fathy, teh ratna, teh nuni, teh umi, kang hasan, kang awan, dan kang edwards atas perhatian dan tanggapannya di tulisan sebelumnya ya ! Juga atas do'a miladnya, terharu euy
Aa, tau ngga tadi dosen teteh meninggal loh
Lagi naik motor, mau nyusul, kehilangan keseimbangan, dan terjadilah.
Dan yang bikin miris a,
Temen teteh baru tadi malemnya nge-sms beliau buat perwalian siang ini.
Begitulah malaikat maut, kehadirannya begitu misterius, tak pernah peduli kita siap atau tidak
Saya mencoba mengingat, kapan saja nyawa saya hampir terlepas
1. Saat balita, hampir tiap bulan saya masuk rumah sakit. Demam, muntaber, dan sebagainya. Alokasi uang gaji orangtua saya sebagain besar mengalir kesana. Bahkan kata orangtua, ibu saya sampai mengemis-ngemis pada atasannya agar diizinkan cuti, sehubungan bapak saya pun tiap hari harus bekerja.
2. Saat TK, saya tenggelam di sebuah pusaran sungai di Bandar Lampung karena didorong sepupu saya. Beruntung paman dengan sigap menarik saya yang hanya tinggal terlihat tangannya. Dan yang masih saya ingat, perasaan saya sangat lapang dan tenang saat di dalam air, mungkin karena hampir meninggal dalam kondisi belum punya catatan amal.
3. Saat SD, jatuh dari lantai 2 rumah nenek karena menginjak triplek yang saya kira adalah ubin. Beberapa jahitan mampir di kepala saya. Saya juga pernah (walau kurang elit) ditabrak oleh becak yang lagi ngebut. Masuk rumah sakit, tapi alhamdulillah ngga apa-apa.
4. Saat SMP, berbulan-bulan diopname karena hepatitis. Penyebabnya konyol, sepakbola di lapangan besar setiap hari selama bulan ramadhan, dan langsung mandi dalam kondisi berkeringat. Jelas badan ambruk. Saya dilarang olahraga selama setahun. Yang menyebabkan skill saya di berbagai cabang olahraga (cieh) menghilang.
5. Saat SMA, dan hingga sekarang saya belum tahu penyebabnya. Badan saya tiba-tiba tidak bisa menyerap air. Minum, langsung keluar. Makan, langsung keluar. Hingga saya kehilangan kesadaran. Dan kata dokter di ICU, secara medis hidup saya tinggal beberapa jam lagi bila terlambat dibawa ke rumah sakit.
6. Saat kuliah, jatuh di sebuah air terjun di Bali saat sedang arung jeram. Alhamdulillah jatuhnya pas ke perahunya lagi, walaupun menimpa dua orang bule dari Rusia yang nampak sangat shock. Saya pun pernah jatuh dari ketinggian ratusan meter ke bawah laut saat bermain parasailing. Penyebabnya, sang instruktur hanya memasang sebelah tali parasut saya, sehingga saya mati-matian memegang tali dengan kedua tangan di atas langit sampai akhirnya pasrah dan menjatuhkan diri.
Alhamdulillah sahabat, sampai sekarang saya masih hidup dan sehat wal afiyat.
Namun, saya teringat tentang beberapa pekan sebelumnya
HP saya bergetar, sobat SMA saya nelepon, tumben
Dengan nada ramah dan antusias saya angkat HPnya
Ternyata, kabar tak terduga yang mau ia sampaikan
Gah, Anggara meninggal, beliau ditabrak di gerbang kampusnya
Anggara, sobat seperjuangan yang suka menginap di rumah saya menjelang SPMB
Rival sejati saya dalam badminton, kami pernah berkeliling berdua mencari GOR hingga sore
Demi menuntaskan duel ini
Humoris, dan sangat ramah pada temannya
Satu-satunya sobat yang memanggil saya dengan nama lengkap, Anugerah
Saat ke rumahnya, ternyata beliau baru sekitar sebulan menikah
Begitulah takdir
Maka sahabat, saya cuma ingin berpesan sebagai sesama muslim
Berdoalah tiap hendak bepergian
Berdzikirlah setiap kita berkendaraan
Karena siapa yang tahu jika kita meninggal di jalan
Bebas, silakan cari yang termudah
Kita bisa mendengar ceramah/tilawah dari iPOD
Atau membaca hafalan Quran yang ayatnya sudah kita hafal
Bisa juga subhanallah, alhamdulillah, allahu akbar
Atau bahkan istigfar karena pandangan mata suka kemana-mana ;)
Amalkan ya, insyaAllah ringan kok
Kalo memang takdirnya kita meninggal, insyaAllah husnul khatimah
Kalo memang takdirnya belum, kita bisa makin deket sama Allah
Seneng kan...
NB : Terimakasih kepada kang donny, pak laksono, teh deen, teh fathy, teh ratna, teh nuni, teh umi, kang hasan, kang awan, dan kang edwards atas perhatian dan tanggapannya di tulisan sebelumnya ya ! Juga atas do'a miladnya, terharu euy