Wednesday, March 28, 2007

KESETIAAN ITU ADA DI PAGI HARI

Pagi itu seperti pagi biasanya, hembusan dingin bersiap pergi untuk digantikan hangatnya sang mentari. Dan pagi itu, saya, anda, dan kita semua akan dengan mudah memahami. Bahwa kesetiaan itu dapat ditemukan setiap hari.

Di pagi hari, kita akan sering menemukan mereka yang berlari pagi. Dan mayoritas, tentu mereka yang sudah berusia lanjut. Ada yang berolahraga sendiri, dan ada pula yang berpasangan.

Lari pagi, bagi mereka, mungkin merupakan bentuk romatisme tersendiri. Berkeliling kompleks perumahan, taman, dan tempat-tempat menyejukkan lainnya sembari merasakan kenyamanan, kedamaian, dan kehangatan hati.

Jika kita pernah menyimak obrolan mereka, mungkin akan terkesan remeh. Mengomentari cuaca, kabar teman lama, berita TV tadi malam, dan sebagainya. Tapi bukankah sangat indah apabila waktu kita dihabiskan, dalam langkah demi langkah di pagi hari, bersama seseorang yang cintanya sudah terbukti?

Saya pun membayangkan, saat empat puluh lima menit sudah membuat keringat mereka membasahi baju, mereka menepi. Menjadi jalan rezeki bagi sang penjual bubur ayam. Jangan pakai sambal, jangan pakai kacang, seru mereka.

Saat menu diantarkan, dan hidangan siap disantap, sang kakek menatap pasangan yang telah menemani harinya selama puluhan tahun. Senyumannya diiringi gumaman syukur dan doa. Sang nenek yang merasa ditatap, mengalihkan pandangannya dari mangkuk bubur.

Dan dalam sepersekian detik, sang kakek pun buru-buru mengalihkan pandangannya. Sambil menutupi salah tingkahnya, beliau mengatakan

”kamu cantik hari ini, sayang”

YANG MANA YANG KITA RINDUKAN

Saat sedang santai, saya sering merindukan masa-masa saat kesibukan melanda. Nikmatnya kurang tidur, nikmatnya kepala migrain, nikmatnya saat tubuh basah diterpa hujan deras, nikmatnya pikiran yang terus bekerja, dan nikmatnya keluh kesah dan rintihan doa di waktu shubuh.

Namun kini saat saya mengalaminya, saya justru merindukan masa-masa saat waktu berjalan begitu panjang, santai. Nikmatnya membaca cerita sambil tiduran, nikmatnya tidur siang sambil berselimut, nikmatnya melamun mengenang episode cinta.

Ah....manusia memang jarang bersyukur yah

PENGORBANAN ADIK BINAAN

Saya memiliki sebuah EO kecil-kecilan. Dan rutinitas tahunannya adalah mengadakan talkshow pengenalan jurusan kuliah untuk remaja. Tahun lalu acaranya terbilang sukses. Lima ratus pelajar SMA se-Bandung menghadiri acara tersebut.

Kini ceritanya berbeda, banyak acara sejenis bermunculan, dan diadakannya sebelum acara kami. Jelas, keterlambatan momen ini akan membuat dampak yang besar. Beberapa sesi sepi, walaupun beberapa yang lainnya dipenuhi peserta.

Yang ingin saya ceritakan bukanlah sudut pandang finansialnya, namun momen emosionalnya. Sebagai penanggung jawab acara, saya pernah stress tingkat tinggi karena peserta yang daftar baru seorang, padahal acara dilaksanakan keesokan harinya.

Otak diputar, doa makin kenceng, dan akhirnya beberapa solusi berlompatan dari otak. Singkat cerita, agar acaranya ramai, panitia memutuskan untuk mengundang perwakilan setiap SMA secara gratis. Ini sih masih biasa aja.

Yang luar biasa adalah, saat adik-adik binaan saya, beberapa menit sebelum acara dimulai, berdatangan. Walaupun mereka punya kesibukan, walaupun acara ini mungkin tidak berhubungan dengan jalan hidup mereka, mereka hadir.

Walaupun rumah mereka jauh, dan mereka tidak dibayar sepeserpun untuk hadir, mereka tetap rela untuk meyukseskan acara yang diadakan oleh kakak mentornya ini. Dan tambah lagi, mereka tidak datang sendirian, mereka mengajak teman-temannya. Alhasil, acara pun menjadi ramai. Pembicara tidak kecewa, dan panitia ceria. Cihuy !

Sungguh, saya sangat terharu hari itu. Saya belajar banyak dari adik binaan saya yang berkorban tanpa pamrih, tulus. Maka pada hari itu pun saya berikrar.

Adikku, kalaulah kalian meminta untuk diadakan mentoring. Baik di hari libur, atau disaat saya sedang ujian pun, akan kupenuhi, insya Allah !!

NB : Jazaakumullah khair kepada Teguh, Galih, dan Fajar yang hadir hari itu. Semoga SPMBnya sukses ya...

PEKAN TAK TERLUPAKAN

Pekan ini banyak hal besar yang terjadi dalam hidup saya, dan semuanya terjadi tanpa pernah direncanakan secara matang. Alhamdulillah, segala puji bagi Allah

1.Saat acara talkshow yang kami adakan kurang begitu menggembirakan, seseorang dari EO besar di Bandung menelepon saya dan meminta kami untuk mengadakan acara berkonsep serupa di Pameran Pendidikan Tinggi se-Jawa Barat. Padahal, sebesar apa sih acara kami itu?

2.Saya yang dahulu pernah meraih rangking terakhir di bangku SMA, dan gagal masuk ke Perguruan Tinggi Negeri (PTN), diminta untuk menjadi moderator dalam Talkshow Entrepreneur Muda Islam yang justru diadakan oleh mahasiswa UNPAD. Saya tampil sepanggung sama Abdurrahman Yuri (CEO MQ Corp) dan Supardi Lee (Britz Holding Company). Please, emang dibanding mereka, saya ini siapa?

3.Saya diikutsertakan dalam musyawarah awal pembentukan cabang ormas dakwah yang jaringannya dapat dikatakan sangat luas di Kawasan Timur Indonesia. Dan, yang hadir dalam musyawarah itu adalah para Ustadz yang lulus cumlaude dari Universitas Islam Madinah. Ya ampun, padahal saya ke arab aja belum pernah gitu loh!

4.Profil saya dimuat di koran Pikiran Rakyat edisi kampus. Padahal, masih banyak mahasiswa lain yang peran sosialnya jauh lebih hebat dari saya, bahkan ada yang sampai internasional.

Alhamdulillahnya, saya cepet sadar. Bahwa kemudahan yang Allah berikan itu bukan berarti standar sukses. Dan saya setelah momen-momen tersebut makin mantap dengan standar kesuksesan yang saya tetapkan.

Sukses itu, bermanfaat bagi umat dan diniatkan karena Allah, begitu...
Insya Allah lain waktu kita bahas okeh!

Monday, March 26, 2007

HANGAT, NIKMAT, BERPAHALA

Fiuhh...
Mungkin malam yang mendung ini cocok untuk menggambarkan kepenatan saya beberapa hari terakhir ini. Shalat isya di tengah sejuknya bandung utara tidak membuat lompatan demi lompatan pikiran jadi terkendali. Bisnis lagi sedikit stagnan, saya asumsikan karena pencatatan yang kurang rapi. Maka malam itupun saya memutuskan untuk mencari-cari software keuangan di sebuah toko buku terkenal.

Kunci stang saya pasangkan, dan pintu mobil pun saya tutup. Toko buku tersebut ada di dalam sebuah mall yang sangat luas. Dan, saya baru sadar, sudah lama sekali kaki ini tidak menginjakkan dirinya di tempat yang menjadi ikon materialisme, cieh...

Dan ada yang beda. Perasaan dulu-dulu, kalaupun pergi ke tempat kayak gini, ngga ada cerita Agah jalan sendirian. Kalo ngga bareng keluarga, ya pasti barengan temen. Temen dalam artian sebenarnya, bukan temen tanda kutip. Karena saya adalah anggota pasukan pengibar bendera jomblo sebelum janur kuning terpampang hehehe...

Belum jauh kaki beranjak dari mobil, saya melihat dunia yang sungguh lain. Di pelataran mall, mungkin ditempati oleh sekitar enam kafe, saya melihat cukup banyak pengunjung seusia saya yang dengan asyiknya bercengkrama dengan teman se-geng-nya.

Dunia ini tampak sangat lain bagi saya, karena saya tahu persis akan tingginya biaya yang mereka keluarkan demi secangkir kopi, misalnya. Sementara dalam minggu-minggu ini, saya kelimpungan memikirkan gimana caranya agar penjualan usaha meningkat. Life its so easy for them, i think...

Ok, saya ngerti betul bahwa mereka bukan mengeluarkan uang untuk membeli makanan. Tapi demi sebuah pengalaman. Mata kuliah marketing banget lah! Yang mereka konsumsi bukanlah makan atau minum, tapi memorable experience saat semua aspek makanan, minuman, interior, kehangatan, dan kenyamanan membaur menjadi satu.

Masalahnya, standar yang digunakan ialah standar layar kaca, yang biasa kita liat di TV-TV. Yang tidak semua bisa menikmatinya, betul !?

Maka sepulang dari sana, saya singgah sebentar di sebuah jalan sepi. Dimana disana terlihat penjual nasi goreng yang nampaknya berharap keras agar pembeli menghampirinya. Sudah jam sepuluh malam, dan akhirnya Allah kirimkan seseorang untuk menjadi jalan rezeki baginya.

Orang itu adalah saya, dan senyumannya pun menyapa saya. Setelah memesan dan duduk. Saya menikmati tarian tubuhnya. Caranya memotong, caranya menggoreng, caranya mencampur. Dan ditutup dengan sajian menu dengan asap mengepul di atasnya.

Ditambah segelas teh yang baru saja diseduh.
Saya rasa, inilah kehangatan sejati.

Hangat, nikmat, berpahala, dan tidak lupa
Ga bikin dompet jebol hehehe...