TBC = Tekanan Batin Cintrong
Ini adalah istilah yang cukup akrab dikalangan aktifis. Wajar, sebab aktifis juga manusia, punya rasa punya hati (rocker kalee..) Maka jika kita memandang mereka sebagai sosok yang agak dingin terhadap wanita, itu salah besar. Bahkan mereka adalah makhluk-makhluk yang sangat mudah jatuh cinta.
Oleh karena sifat itulah mereka justru jadi sangat protektif terhadap lawan jenis, khawatir hatinya berbelok makin jauh. Anggapan mereka, cinta pada lawan jenis hanya halal bila sudah diikat oleh tali pernikahan. Saya punya cerita mengenai VMJ ini.
Ada beberapa teman (ingat! beberapa = tidak banyak) yang dulu sewaktu sama-sama aktif di rohis SMA merupakan pengurus yang militansinya tingkat tinggi. Dan seingat saya, merekalah yang menginspirasi saya untuk memilih tidak berpacaran. Sikap mereka sungguh bersemangat, tidak hanya kepada cowok namun para cewek pun tidak luput dari dakwah mereka.
Sayang, mungkin karena semangatnya tidak dibarengi ilmu maka ada beberapa diantaranya yang justru lengket dengan sang cewek yang didakwahi. Mungkin awalnya cuma curhat biasa, namun begitulah... Ada juga cerita mengenai jalinan hati sesama aktifis.
Maksudnya? Begini, tidak dapat dipungkiri apabila dalam sebuah kepanitiaan atau kerja organisasi sering terjadi komunikasi lintas gender. Dan tidak jarang dalam satu divisi terdiri dari ikhwan maupun akhwat. Awalnya komunikasi dalam lingkup kerja, mulai beralih ke wilayah pribadi. Dan untuk kasus yang ini sih, saya pun pernah mengalami –sering lagi- hehehe...
Pernah ada kejadian yang membuat saya senyam-senyum sendiri. Kisahnya, pada suatu hari (cieh) adik mentor saya curhat dan memperlihatkan sebuah sms dari seorang akhwat. Isinya hadits mengenai 7 golongan yang dinaungi Allah saat penghisaban kelak, yang salah satunya merupakan 2 orang yang saling mencintai, bertemu, dan berpisah karena Allah SWT. Haditsnya tidak salah, namun pemahamannya yang kurang tepat. Karena, maksudnya 2 orang itu ialah sejenis. Alias bukan antara ikhwan dan akhwat gitu loh, waspadalah waspadalah!
Ada juga sebuah hukum tak tertulis yang beken dikalangan para aktifis ikhwan. Yaitu jangan pernah menaruh hati pada akhwat seangkatan, karena mereka bagiannya para alumni. (Punten ya akhwat kalo salah) Begini, temen saya pernah ngasi tau bahwa akhwat itu kalo diajak rapat suka susah. Alasan mereka biasanya 9A yaitu afwan akhi ana ada amanah ama akang-akang alumni. Hehehe...peace ah!
Darimana datangnya lintah
Dari sawah turun ke hati
Darimana datangnya cinta
Dari mata turun ke hati
Dari sawah turun ke hati
Darimana datangnya cinta
Dari mata turun ke hati
Seorang penyair mengatakan bahwa semua orang ingin sembuh dari sakitnya, kecuali mereka yang didera penyakit cinta. Betul banget! Jadi, bagi teman-teman kita yang merupakan aktifis tingkat tinggi nih, saat mereka mulai didera VMJ justru ibadahnya makin naik. Baik tilawah, shaum, tahajjud, dan amalan2 lain yang mendatangkan cintaNYa.
Karena mereka khawatir Allah cemburu saat kita lebih mencintai makhluk daripada yang menciptakan makhluk itu. Kan teorinya mah saat kita kagum akan sesuatu, maka harusnya lebih kagum lagi sama yang nyiptainnya betul !?
Kalo aktifis amatiran kayak kita mah biasanya makin sering ngelamun, menerawang kayak tim pemburu hantu. Membayangkan saat si dia bersanding pas pelaminan kelak. Tutur katanya berubah jadi makin sentimentil (alah...). Bacaan favoritnya ialah buku Di Jalan Dakwah Aku Menikah. Nasyid2nya bukan lagi bertema perjuangan, namun nasyid romantis.
Wooooi....sadar!!!!
Masih banyak yang perlu dibereskan bung! Masih banyak yang butuh perhatian kita! Itu bukan cinta sejati, itu mah kekaguman sesaat. Kalo emang bener kita cinta, tiap abis sholat suka ngedo’ain dia ngga? Kalo bener itu cinta sejati, pasti ngga pernah lupa kita doakan tiap abis sholat seperti doa kita pada kedua orang tua dan adik kakak. Kalo jarang –atau ngga pernah- artinya rasa ini bukan dari hati yang murni namun dari hawa nafsu.
Udah siap ngelamar gitu?
Belum kan...
Sebagai penutup, ada sebuah nasihat dari imam kita Rasulullah SAW.
Wahai para pemuda jika kamu telah sanggup untuk menikah maka menikahlah. Karena itu akan menjaga kehormatanmu. Kalau belum mampu maka tundukanlah pandanganmu dan shaumlah karena itu adalah benteng bagimu (HR Hakim)